Kode Rahasia dan Rayuan Soekarno di Lukisan-Lukisan Kuno

Munaya Nasiri | CNN Indonesia
Rabu, 03 Agu 2016 10:44 WIB
Ada kisah-kisah seru di balik sejumlah lukisan yang dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, sepanjang Agustus 2016.
Lukisan Memanah karya Henk Ngantung di pameran lukisan bertajuk 17/71: Goresan Juang Kemerdekaan di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta (1-30/8). (CNN Indonesia/Djonet Sugiarto)
Salah satu lukisan tertua yang dipamerkan dalam pameran 17|71: Goresan Juang Kemerdekaan adalah lukisan karya Raden Saleh berjudul Penangkapan Pangeran Diponegoro. Ini merupakan kali ke-tiga lukisan tersebut dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia.

Meski begitu, belum tentu para pengunjung pameran sudah melihat lukisan ini dengan detail. Padahal, sang maestro melukisnya dengan amat sangat rinci. Seolah membubuhkan 'kode rahasia.'

Jika dilihat dengan saksama, detail yang dibubuhkan Raden Saleh sangat lah memukau. Setiap sosok yang dilukis olehnya, memiliki detail-detail unik. Misalnya, cincin batu akik yang dipakai salah satu sosok.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak hanya itu, ia juga melukis detail ornamen di baju yang digunakan tentara Belanda dan Indonesia. Dimensi cahaya juga ia perhatikan dengan baik. Ini bisa dilihat dari lipatan kain baju maupun sorban yang digunakan beberapa sosok.

Selain itu, kisah lukisan ini juga menarik. Para seniman sepakat bahwa momen yang dilukiskan adalah penangkapan Pangeran Diponegoro pada 1830 versi Raden Saleh, dan lukisan ini merupakan balasan sebuah lukisan karya warga Belanda, Nicholas Pienemaan, yang dibuat pada 1835.

Jika dibandingkan, terlihat jelas Raden Saleh sangat mendukung Pangeran Diponegoro, sedangkan Pienemaan justru menunjukkan 'sisi lemah' Diponegoro.

Dari judul lukisan saja, kedua seniman ini sudah berseberangan. Raden Saleh memberikan judul Penangkapan Pangeran Diponegoro, dan Pienemaan memberikan judul Penyerahan Diri Diponegoro kepada Letnan Jenderal H.M de Kock, 28 Maret 1830, yang Mengakhiri Perang Jawa.

Perbedaan lainnya adalah posisi kepala dan tubuh Pangeran Diponegoro. Raden Saleh membuat wajah Pangeran Diponegoro seakan menantang Belanda, dengan dadanya yang dibuat condong ke depan. Sedangkan Pienemaan memosisikan Pangeran Diponegoro membelakangi Letjen De Kock.

Kala melukis Letjen De Kock dan tentara Belanda lain, tampaknya Raden Saleh sedikit 'bergurau.' Ia tidak membuat tubuh kolonial Belanda tersebut secara proporsional. Tubuh mereka dibuat pendek dan memiliki kepala besar. Tentu saja, ini dapat diinterpretasikan sebagai ketidaksukaan Raden Saleh pada Belanda.

Lukisan ini rupanya dibuat oleh Raden Saleh di Belanda. Ia menyerahkannya pada Ratu Belanda. Hingga akhirnya pada 1978, lukisan tersebut diserahkan kembali ke Indonesia bersamaan dengan sejumlah warisan budaya yang sempat tinggal di sana.

Lukisan yang Melatari Momen Proklamasi

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3 4 5 6
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER