Freetown, CNN Indonesia -- Para petugas kesehatan dari Kementerian Kesehatan di Sierra Leone meluncurkan aksi protes terkait upah yang rendah dengan menggeletakkan 15 jenazah korban Ebola di pinggir jalan.
Beberapa jenazah bahkan sempat diarak menuju pintu masuk sebuah rumah sakit pada Senin (24/11) untuk menghentikan warga mengunjungi rumah sakit tersebut. Jenazah lain ditempatkan di luar pintu masuk gedung administrasi rumah sakit.
Aksi protes diluncurkan para pekerja kesehatan yang bertugas menguburkan jenazah para korban Ebola karena mereka belum mendapatkan upah bekerja selama satu minggu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan pekerjaan yang berisiko tinggi tertular virus Ebola, para petugas kesehatan juga mengeluhkan upah mereka yang terbilang minim, yakni US$100 setiap pekan.
"Semua petugas yang terlibat dalam aksi protes akan dibererhentikan," kata Juru bicara Pusat Penanggulangan Ebola Nasional, Sidi Yahyah Tunis, Rabu (26/11).
Pekerjaan mengubur jenazah korban virus Ebola merupakan tugas yang berbahaya, karena virus mematikan itu dapat menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh.
Sejumlah jenazah yang bergeletak di tepi jalan itu akhirnya dikubur oleh petugas kesehatan dari Palang Merah Internasional, pada Selasa (25/11).
Sierra Leone, Liberia dan Guinea adalah tiga negara Afrika Barat yang merupakan negara epidemi Ebola. Virus Ebola mewabah di tiga negara tersebut.
Pada akhir pekan lalu, Badan Kesehatan Dunia, WHO melaporkan terdapat lebih dari 15.000 kasus penularan virus Ebola, yang mengakibatkan lebih dari 5.000 kematian di seluruh dunia.
Baca juga:
Kongo Bebas dari Virus Ebola
Sumber (
CNN)