Yang kita ketahui: Dua bersaudara yang dituduh melakukan serangan di Charlie Hebdo, Cherif dan Said Kouachi, tewas di tangan aparat. demikian juga tersangka yang melakukan aksi penyanderaan di toko kosher, Ahmed Coulabaly.
Pascal Disant dari serikat polisi mengatakan ketiga orang ini anggota kelompok jihadis yang sama.
Sementara jaksa penuntut kota Paris Francois Molins mengatakan isteri Cherif Kouachi dan pacar Amedy Coulibaly, Boumedienne, saling menelpon sebanyak 500 kali pada 2014.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih jauh lagi, isteri Cherif mengatakan kepada penyidik bahwa suaminya dan Coulibaly sangat akrab.
Perdana Menteri Perancis mengatakan pada Kamis (8/1) bahwa tersangka “bukan orang asing bagi dinas keamanan.” Kakak beradik Kouachi masuk dalam basis data AS teroris internasional yang diketahui, atau TIDE, dan juga masuk daftar “larangan terbang” selama beberapa tahun.
Cherif Kouachi, 32 tahun, dijatuhi hukuman pada 2008 karena menjadi anggota lingkaran rekrutmen jihad di Paris yang mengirim pejuang ke perang di Irak.
Seorang sumber yang dekat dengan dinas kemanan Perancis mengatakan bahwa para penyelidik masih mecnari bukti apakah Cherif pernah pergi ke Suriah, dan bahwa dia kembali ke Perancis pada Agustus 2014.
Tidak banyak informasi mengenai Said Kouachi, tetapi stasiun televisi BFMTV melaporkan bahwa kartu tanda pengenalnya ditemukan ketika polisi menyisir lokasi kejadian serangan di Charlie Hebdo sehingga mereka bisa menetapkan tersangka.
Menurut para pejabat AS, selama beberapa bulan Said tinggal di Yaman untuk mendapat pelatihan senjata dan bekerja dengan kelompok afiliasi al Qaeda yaitu al Qaeda di Semenanjung Arab atau AQAP.
Periode ini menempatkan dia berada di Yaman ketika tokoh senior AQAP, Anwar al-Awlaki, masih hidup.
Al-Awlaki tewas pada Septemberi 2011 akibat serangan pesawat tanpa awak AS.
Meski belum pasti, Amerika yakin bahwa sangat mungkin Said Kouachi dan Awlaki berada di tempat yang sama pada periode yang sama, meski tidak diketahui mereka berinteraksi dalam waktu yang panjang.
Tersangka ketiga dalam serangan Charlie Hebdo, Hamyd Mourad, 18 tahun, menyerahkan diri ke polisi pada Rabu (7/1). Namun keterlibatannya masih belum bisa dipastikan.
Sejumlah pakar memperingatkan bahwa keahlian penyerang dalam memegang senjaga, menyembunyikan identitas mereka dan rute melarikan diri, membedakan mereka dengan serangan-serangan “lone wolf’.
Letnan Jenderal Mark Hertling, mantan komandan militer AS di Eropa, menyebut para pelaku serangan itu terlihat sangat terlatih.
 Coulibaly dan pacarnya Hayat Boumeddienne kenal dekat dengan Cherif Kouachi. (Paris Prefecture de Police/Handout/Reuters) |
Terkait Coulibaly, seorang sumber intelijen Barat mengatakan kepada CNN bahwa dia memiliki nama lain Doly Gringny. Sumber ini mengatakan Coulibaly adalah teman dekat Cherif Kouachi dan pada 2010 keduanya terlibat dalam upaya membebaskan seorang warga Aljazair yang dipenjara karena megebom jaringan kereta bawah tanah Paris pada 1995.
Coulibaly ditangkap pada Mei 2010 bersama dengan 240 set amunisi senapan Kalashnikov.
Dia juga berfoto dengan Djamel Beghal, warga Perancis keturunan Aljazair yang sempat dikenal sebagai perekrut utama al-Qaeda di Eropa yang telah dinyatakan bersalah dalam tuduhan bersekongkol menyerang Kedutaan Besar AS di Paris.
Coulibaly dijatuhi hukuman dalam kasus pembebasan narapidana terosis itu, tetapi tidak ada bukti cukup untuk mendakwa Cherif Kouachi, yang sering mengunungi Coulibaly ketika ditahan sebelum persidangan.
Coulibaly tinggal bersama dengan pacarnya Boumeddiene dan kedua orang ini pernah berkunjung ke Malaysia.
Yang tidak diketahui: FBI dan badan-badan intelijen AS masih memetakan hubungan para tersangka untuk mencari petunjuk. Mereka memasukkan nama-nama tersangka ke dalam basis data untuk melihat hubungan dengan ISIS dan al Qaidah. Para penyelidik masih mencoba mencari jawaban apakah penembakan di Paris ini bagian dari strategi yang terkordinasi.
Masih belum jelas apa peran Mourad dalam serangan itu. Laporan-laporan di media Perancis menyebutkan dia berada di sekolah di Perancis timur laut ketika serangan terjadi.