Faktor Pendorong dan Penarik Migrasi ke Eropa

CNN | CNN Indonesia
Jumat, 04 Sep 2015 13:40 WIB
Perang, penindasan dan ekonomi merupakan sedikit dari banyak faktor penyebab warga Afrika dan Timur Tengah mengambil risiko pindah ke Eropa.
Warga dari negara-negara Afrika Barat dan Timur Tengah melarikan diri dari kekacauan di negara mereka. (Reuters/Marko Djurica)
Atlanta, CNN Indonesia -- Mereka berasal dari lebih dari 20 negara, membanjiri Libya yang merupakan rute menuju Eropa.

Warga Eritrea melarikan diri dari tekanan atau wajib militer; warga Somalia takut akan al Shabaab dan pertempuran antara suku; warga Suriah tidak bisa pulang ke rumah mereka lagi.

Di desa-desa Senegal dan negara Afrika Barat laim, para pemuda menjual harta benda untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di Eropa. Mungkin juga mereka berharap bisa berkumpul kembali dengan saudara sepupu atau kakak dan adik yang berhasil mencapai Eropa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para pakar dan kelompok hak asasi manusia mengatakan, motivasi puluhan ribu warga yang bergerak menuju pantai Medeiterania sebanyak jumlah negara asal mereka.

Tetapi pada 2014 lebih dari 80 persen para pendatang ini mempergunakan pantai Libya yang dianggap sebagai tempat pemberangkatan ke Eropa yang paling mudah.

Dari Tanduk Afrika ke Atlantik, dari Suriah dan Gaza, calon migran ini menyusuri rute penyelundupan yang sudah tertata baik. Mereka harus melalui padang pasir dan pegunungan, belum lagi ada risiko besar  menjadi korban penculikan atau perampikan. Mereka pun seringkali ditipu atau diterlantarkan.

Seorang migran asal Afrika dilaporkan bisa bertahan hidup dengan mengkonsumsi pasta gigi selama beberapa hari.

Seorang pemuda Somalia yang berhasil mencapai Malta mengatakan kepada para peneliti bahwa dia sudah meminta anggota keluarga lainnya untuk tidak datang.

“Saya mengatakan bahwa 95 persen mereka akan meninggal,” katanya.

Organisasi Migrasi Internasional, IOM, selama bertahun-tahun mencatat aliran migran melalui Afrika Utara. Warga Eritrea sejak lama dikenal di kalangan para migran ini, mereka melarikan diri dari pemerintah diktator, kemiskinan dan wajib militer tanpa batas. Negara tanpa harapan.

“Banyak tentara wajib militer tidak dibebastugaskan sesuai jadwal, dan sebagian dari mereka dipaksa bertugas tanpa batas waktu dengan ancaman ditahan, disiksa atau keluarganya dihukum,” tulis laporan Sekretarian Migrasi Regional, RMMS, tahun lalu.

Faktor Pendorong di Negara Asal Lebih Besar

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3 4 5
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER