Faktor Pendorong dan Penarik Migrasi ke Eropa

CNN | CNN Indonesia
Jumat, 04 Sep 2015 13:40 WIB
Perang, penindasan dan ekonomi merupakan sedikit dari banyak faktor penyebab warga Afrika dan Timur Tengah mengambil risiko pindah ke Eropa.
ISIS mengeksekusi umat Kristen asal Mesir dan Suriah yang semakin mendorong migrasi. (Reuters TV)
Penyelundup yang membawa migran ke Tripoli tampaknya tidak berhubungan dengan kelompok-kelompok yang berkuasa di pesisir.

Perjalanan melintasi padang pasir untuk menghindari pos pemeriksaan memerlukan biaya hingga US$200: di negara yang keadaannya tidak menentu, uang sebesar itu dengan cepat menimbulkan persaingan antar kelompok.

Suku-suku yang saling bertikai, milisi yang berkeliaran dan kelompok-kelompok penjahat membuat para migran memerlukan kepiawaian penyelundup.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kedatangan ISIS di Libya semakin memperumit perjalanan para mgiran; pada Januari kaum jihadis membunuh 14 tentara Libya di dekat Sabha.

Malakooti melihat satu perubahan pola sejak konflik di Suriah terjadi.

Aliran dana ke bisnis penyelundupan manusia semakin besar, sehingga kelompok itu semakin terorganisir.

Kelompok-kelompok yang lebih terandalkan meminta biaya lebih tinggi; Malakooti mengatakan sejumlah migran membeli “paket” dari penyelundup yang meliputi perjalanan darat dan laut.

Migran Suriah relatif lebih makmur daripada migran Afrika Barat, dan kemungkinan siap membayar lebih tinggi untuk mendapatkan tempat di bagian atas perahu.

Warga Afrika seringkali terkunci di bagian bawah dan menghadapi risiko lebih besar jika kapal itu tenggalam. Sebagian dari mereka pun ada yang hanya mampu mempergunakan perahu karet.

Khawatir tertangkap, para penyelundup jarang ikut di dalam kapal. Mereka hanya memberi kompas atau alat GPS kepada para migran yang kemudian berlayar tanpa keahlian navigasi. Kebanyakan dari mereka tidak memilik pengalaman berada di laut dengan kapal yang tidak laik layar.

Ketika Libya semakin berbahaya bagi para migran, negara-negara lain di kedua sisi Lautan Mediterania memperhatikan situasi yang berkembang.

Sebagian warga Afrika Barat memilih bergerak melalui Maroko, meski kemungkinan tertangkap lebih besar dan laut menuju Spanyol lebih sulit untuk disebrangi.

“Seorang migran kemungkinan harus mencoba 50 sampai 60 kali sebelum bisa mendarat di pesisir Spanyol,” kata Malakooti.

Tunisa telah memperketat penjagaan perbatasan dengan Libya; Aljazair dan Maroko pun mulai membangun pagar di sepanjang perbatasan mereka untuk menangkal terorisme dan juga migrasi gelap.

Tetapi langkah-langkah itu kemungkinan tidak akan berpengaruh besar.

Penulis Eritrea Abu Bakr Khaal melakukan perjalanan sulit dan menyebrangi Mediterania. Dalam novelnya African Titanics, dia menggambarkan “bahaya dari daya tarik” melarikan diri. Dan para migran pun terlambat menyadari kenyataan pahit yang dihadapi di atas laut.

“'Jika Tuhan mencintai saya Dia tidak akan membawa saya ke sini',” keluh seorang penumpang. Setelah yakin telah menggumamkan ucapan selamat tinggal kepada kehidupan, dia terjun ke laut. Kapalpun bergerak maju di tengah gelombang yang bergejolak.”

Sumber: 
https://edition.cnn.com/2015/04/21/europe/mediterranean-boat-migrants-lister/index.html (yns)

HALAMAN:
1 2 3 4 5
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER