Faktor Pendorong dan Penarik Migrasi ke Eropa

CNN | CNN Indonesia
Jumat, 04 Sep 2015 13:40 WIB
Perang, penindasan dan ekonomi merupakan sedikit dari banyak faktor penyebab warga Afrika dan Timur Tengah mengambil risiko pindah ke Eropa.
Migran menjadi korban penyelundup manusia yang kerap membiarkan mereka berlayar tanpa keahlian. (Reuters/Murad Sezer)
Inisiatif Global Melawan Kejahatan Terorganisir Antar-Negara, kelompok yang berbasis di Jenewa, memperkirakan pada tahun lalu setengah dari migran asal Afrika Barat melalui kota Agadez, Niger utara.

Satu operasi terhadap iring-iringan mobil yang meninggalkan Agadez pada 2013 untuk sementara berhasil mengurangi arus kegiatan itu, tetapi kelompok dari suku Toubou, yang mengendalikan perdagangan lintas perbatasan, membuat rute baru dan menaikkan harganya.

Para peneliti mengatakan seorang migran bisa membayar hingga US$300 untuk mencapai Libya utara dengan truk atau kendaraan pick-up.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Angka pasti terkait jumlah orang yang melintasi Agadez sulit dicapai, tetapi para pakar sepakat angkanya antara 2.000 dan 7.000 per bulan.

Pusat pengiriman lainnya adalah Khartoum, satu stasiun keberangkatan bagi migram dari Afrika Timur, dan Tamanrasset di Aljazair selatan.

Aljazair juga menjadi wilayah tujuan pengungsi Suriah, tetapi persyaratan mendapatkan visa yang baru diberlakukan membuat mereka mencari rute lain yaitu melalui Turki dan pulau-pulau Yunani.

Ratusan ribu migran lain sudah berada berada di Libya selama bertahun-tahun untuk bekerja sebagai buruh harian ketika Moammar Gadhafi berkuasa.

Kini mereka menjadi korban kekerasan, diskriminasi dan penghukuman karena alasan agama. Mereka juga tidak bisa mengirim tabungan hasil bekerja ke keluarganya.

Akibat situasi ini, sebagian pun berangkat ke Eropa meski awalnya tidak ada niat pindah ke benua ini.

Malakooti memandang ini adalah satu faktor utama dalam peningkatan jumlah migran yang mencoba mencapai Eropa.

Pembunuhan umat Kristen asal Mesir dan Ethiopia oleh kelompok jihadis Libya yang berafiliasi dengan ISIS juga memicu mereka pergi.

Dinamika serupa juga terjadi di kalangan pengungsi Suriah.

“Pada awalnya mereka tinggal di Lebanon, Yordania dan negara-negara tetangga lain untuk menunggu hingga konflik selesai,” kata Malakoti.

Kini mereka tidak mau lagi menunggu, atau sumber-sumber yang bisa mengakomodasi mereka hilang, sehingga memutuskan untuk mencoba ke Eropa agar bisa memulai kembali hidup mereka.

Kelompok hak asasi manusia menyebutkan, di Libya para penyelundup tampaknya hanya merupakan kelompok-kelompok kecil atau indiviu bukan satu jaringan yang luas.

Mereka berkumpul di kota-kota seperti Sabha dan Qatrun dan mempergunakan tempat yang disebut sebagai “rumah-rumah transit.”

Kekuatan ISIS juga Memicu Migrasi

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3 4 5
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER