Jakarta, CNN Indonesia -- Rasa bersalah terus menggelayut dalam pikiran Dahlan Iskan. Bekas Menteri Badan Usaha Milik Negara dan juga bos Perusahaan Listrik Negara itu tak bisa menyembunyikan kegundahannya terhadap Agus Suherman. Dahlan benar-benar merasa tidak enak hati pada Agus.
Wajar saja timbul rasa sesal yang mendalam pada diri Dahlan. Maklum, kalau mau disebut, gara-gara Dahlan sang doktor perikanan yang prestasinya moncer itu terjerat kasus hukum. Kejaksaan Agung menjadikan Agus sebagai tersangka proyek pengadaan mobil listrik.
Dalam perkara dugaan penyimpangan pengadaan 16 mobil listrik tahun 2013, Agus bertindak sebagai Pejabat Pembuat Komitmen di Kementerian Badan Usaha Milik Negara saat dipimpin Dahlan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Atas arahan Dahlan, Agus telah memerintahkan tiga BUMN membiayai pengadaan mobil listrik sekaligus menunjuk PT Sarimas untuk mengerjakan proyek. Dalam kasus ini, Agus ditetapkan sebagai tersangka lantaran dinilai punya andil dan tanggung jawab dalam mengoordinasikan pembiayaan dan penunjukan pihak terkait pembuatan mobil listrik. (Baca:
Mobil Listrik Gagal, Dahlan Iskan Diperiksa Kejagung)
Perasaan tidak enak Dahlan terhadap Agus dituangkan kembali dalam tulisannya di gardudahlan.com pada Jumat, 19 Juni lalu. Sebelumnya, pada Senin (15/6), Dahlan juga menuliskan kesedihannya karena bekas anak buahnya di Kementerian BUMN dijadikan tersangka.
“Gus, saya minta maaf kok nasib Anda jadi begini,” ujar Dahlan begitu mendapat SMS bahwa Agus baru saja ditetapkan sebagai tersangka mobil listrik BUMN oleh Kejaksaan.
Dahlan masih ingat betul perjalanan karier Agus dari awal di Kementerian BUMN hingga akhirnya harus menjadi tersangka. Kekaguman Dahlan pada sosok Agus juga dituliskan secara gamblang.
Agus Suherman sebagai anak muda memang hebat. Di usia 30 ia sudah menyabet gelar doktor. Alumni Universitas Diponegoro Semarang itu kemudian memulai kariernya di Kementerian BUMN dengan menjadi staf di bagian CSR. Dengan hanya sebagai seorang staf, Agus tak punya wewenang memutuskan atau memerintahkan apa pun. Dia seorang staf pelaksana.
Nasib baik berpihak pada Agus. Dahlan yang mengetahui Agus sebagai doktor perikanan, berintegritas, dan usianya yang muda dipercaya untuk mengemban tugas berat: menjadi direktur utama perusahaan umum Perikanan Indonesia.
Umur Agus 36 tahun saat itu. Misi utama yang diembannya yaitu membenahi perusahaan perikanan yang keadaannya sangat memprihatinkan agar bisa menjadi perusahaan perikanan yang maju di negara maritim ini.
Prestasi Agus luar biasa. Perusahaan perikanan itu tahun lalu berubah total. Ratingnya AAA (tertinggi dalam nilai kesehatan perusahaan). Labanya naik 500 persen. Program-programnya spektakuler. Tambak-tambak perusahaan itu di Krawang hidup lagi. Kawasan perikanan di Muara Baru menjadi bergairah.
Kini Agus menjadi tersangka. Dia harus mundur dari jabatan itu. “Saya akan mundur Pak. Tidak etis seorang dirut dalam status tersangka,” kata Agus seperti ditirukan oleh Dahlan. “Saya akan kembali ke Semarang, kembali menjadi dosen biasa,” tambah Agus kepada Dahlan. (Baca:
Kasus Mobil Listrik, Kejaksaan Tetapkan Dua Tersangka)
Dahlan pun tertegun. Lama. “Maka saya bertekad untuk dibolehkan mengganti semua pengeluaran proyek mobil listrik yang dananya berasal dari beberapa BUMN itu. Saya hanya berharap masa depan anak muda yang begitu cemerlang itu tidak cures,” tutur Dahlan. (Baca:
Dahlan Sedih Staf Jadi Korban, Siap Ganti Biaya Mobil Listrik)
Dahlan juga menuturkan, “Kalau uang saya tidak cukup saya akan berusaha minta bantuan kepada orang-orang yang peduli kemajuan teknologi untuk membeli mobil-mobil tersebut.”
Namun, penyesalan kini tinggal penyesalan. Agus sudah berstatus tersangka dan bakal menghadapi proses hukum lebih lanjut. Dan tentunya rasa bersalah Dahlan terhadap Agus akan terus membayangi hari-hari ke depannya.
(obs)