Jakarta, CNN Indonesia -- Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman menyatakan sebagian titik api yang muncul di beberapa wilayah hutan Provinsi Riau pada awal Juli lalu berada dalam areal konsesi perusahaan.
Menurut hasil investigasi lapangan dan laporan yang diterima, tutur Arsyad, sekitar 20 persen lahan yang terbakar pada sembilan titik api itu termasuk ke dalam areal perusahaan.
"Jadi memang 20 persen lahan terbakar pada 9 titik hotspot itu berada di areal perusahaan. Kami masih betul-betul mencari ada keterlibatan perusahaan atau tidak dalam kebakaran ini," ujar Arsyad di Kantor KLHK pada Selasa (12/7).
Arsyad menuturkan, pihaknya masih belum bisa memastikan apakah lahan yang terbakar dalam areal konsesi tersebut murni akibat alam atau ada bentuk kesengajaan dari perusahaan untuk membakar lahan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Arsyad, Pemda Riau masih terus melakukan investigasi mengenai motif kebakaran hutan yang sempat terjadi beberapa waktu belakangan ini. Arsyad menegaskan, pihaknya akan menyerahkan para pelaku yang kedapatan terlibat secara langsung dan sengaja dalam kebakaran hutan di wilayahnya kepada kepolisian untuk ditindaklanjuti.
Arsyad menyatakan, Pemda Riau terus bekerjasama dengan otoritas penegak hukum daerah khususnya Polda Riau dalam hal menindaklanjuti pelanggaran-pelanggaran hukum yang terjadi dan menyebabkan kebakaran hutan.
"Menyangkut masalah pelanggaran dan penegakan hukum, kami serahkan kepada kepolisian (Polda Riau). Kalau memang sudah terbukti ada (pelaku), yang tertangkap ini akan diproses oleh kepolisian," kata Asryad.
Arsyad menegaskan pihaknya tetap melakukan strategi pencegahan kebakaran hutan sesuai prosedur yang ada. Ia menuturkan, satuan tugas di lapangan yang terdiri dari petugas pemadam kebakaran setempat, polisi hutan, TNI/Polri, Manggala Agni, dan masyarakat peduli api rutin melakukan pengecekan ketika terindikasi ada titik-titik api baru yang muncul di lapangan.
Setelah memastikan titik api yang ada, satuan tugas secara sigap berupaya mematikan sumber api dengan cara konvensional melalui jalur darat maupun dengan bantuan alat seperti water bombing menggunaakan helikopter dan alat-alat berat lainnya.
"Pengadaan alat seperti helikopter dari BNPB di beberapa tempat seperti di Pekanbaru itu jelas sangat membantu kami di lapangan dalam menangani kebakaram hutan," kata Arsyad.
Lebih lanjut, Komandan Resor Militer (Danrem) 031/Wirabima Brigjen TNI Nurendi menyatakan konsep pencegahan kebakaran hutan merupakan konsep yang paling utama dalam menanggulangi masalah kebarakan hutan.
Menurut Nurendi, optimalisasi konsep pencegahan kebakaram hutan perlu ditingkatkan di setiap daerah guna menekan kemunculan titik api yang baru supaya tidak membesar dan kembali terbakar lagi secara sporadis.
Konsep pencegahan kebakaran hutan ini, menurut Nurendi, terus dilakukan pihaknya di Provinsi Riau semenjak awal tahun 2016. Terbukti, konsep pencegahan kebakaran hutan yang diterapkan berhasil menurunkan luas lahan yang terbakar secara drastis jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Sebagai contoh, pada tahun 2014 sekitar 23 ribu hektare lahan yang terbakar. Pada tahun 2015, lahan terbakar di Riau menurun menjadi hanya sekitar 2 ribu hektare. Sedangkan pada tahun 2016 ini, tutur Nurendi, pihaknya telah menerima laporan sekitar seribu hektare lahan yang terbakar.
"Tiga tahun belakangan terbukti lahan yang terbakar sudah menurun drastis walaupun, tidak dipungkiri masih ada saja lahan yang terbakar. Adanya penurunan lahan terbakar ini akibat terus digalakannya kosep peringatan dini dalam pencegahaan kebakaran hutan," kata Nurendi.
Untuk diketahui, dalam rilis BNPB yang diterima CNNIndonesia.com pada 8 Juli lalu, berdasarkan pantauan satelit Modis dengan sensor Terra Aqua yang dilakukan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), muncul sekitar 49 titik panas di Sumatera dengan tingkat kepercayaan lebih dari 50 persen.
49 titik tersebut tersebar di beberapa provinsi, di yakni Lampung 2 titik, Bengkulu 1 titik, Sumatra Barat 4 titik, Aceh 7 titik, Jambi 3 titik, Sumatra Utara 13 titik, dan Riau 21 titik.
Sedangkan di Provinsi Riau terdapat sekitar 9 hotspot dengan tingkat kepercayaan sekitar 70 persen yang tersebar di Kabupaten Kampar sebanyak 2 titik, Kabupaten Pelalawan 2 titik, Kabupaten Rokan Hilir 1 titik, Kabupaten Rokan Hulu 1 titik, Kabupaten Kuansing 2 titik, dan Kabupaten Indragiri Hulu 1 titik.
(yul)