Bersiap The New Normal di Tempat Ibadah

CNN Indonesia
Selasa, 19 Mei 2020 17:10 WIB
Suasana sepi Masjid Raya Bandung, Jawa Barat di tengah pandemi virus corona pada Sabtu (16/5)
Tidak ada masyarakat umum yang salat berjemaah di tengah pandemi virus corona, hanya pengurus Masjid Raya Bandung, Jawa Barat (CNN Indonesia/ Melani)
Bandung, CNN Indonesia -- Beberapa lampu penerangan di bagian depan sengaja dimatikan, membuat ruangan tak seterang biasanya. Hanya bagian dalam yang menyala. Orang yang datang pun sudah tak sebanyak biasanya akibat pandemi virus corona. Tak ada keramaian.

Seperti itulah suasana Masjid Raya Bandung, Jawa Barat saat CNNIndonesia.com mengunjunginya pada Sabtu lalu (17/5). Biasanya, setiap Ramadan, begitu banyak masyarakat yang beribadah serta musafir yang singgah di sana.

Kini di tengah pandemi virus corona (Covid-19), Masjid Raya Bandung tampak sepi. Selain pengurus, warga tidak diperbolehkan memasuki masjid. Pintu masuk ditutup rapat sejak 16 Maret lalu
Salat lima waktu berjemaah dan tarawih ditiadakan di masjid yang mampu menampung 14 ribu orang itu. Saat CNNIndonesia.com berada di sana, hanya ada 12 pengurus yang menunaikan salat Ashar berjemaah di bagian dalam masjid. Salat berjemaah dilakukan dengan menjaga jarak satu sama lain sekitar setengah meter.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sudah lebih dari 3 bulan ditutup, tapi warga boleh melaksanakan salat di halaman masjid dekat pintu masuk," ujar pengurus Masjid Raya Bandung, Engan Abdulwahid kepada CNNIndonesia.com Sabtu (17/5).

Pantauan CNNIndonesia.com, memang ada beberapa masyarakat umum yang salat di Masjid Raya Bandung. Mereka salat di bagian luar masjid. Akan tetapi, jumlahnya bisa dihitung jari.
Di tempat lain, yakni Masjid Al-Muhajirin, Desa Cibiru Hilir Kabupaten Bandung, salat lima waktu berjemaah tetap dilaksanakan. Namun, tidak dengan salat tarawih.

Salat lima waktu juga dibatasi jumlah jemaahnya. Maksimal 20 orang saja dan harus menjaga jarak satu sama lain saat salat.

Saat dikunjungi CNNIndonesia.com pada Minggu (17/5) terdapat 10 orang yang sedang melaksanakan salat maghrib berjemaah. Seluruhnya membangun satu saf berjarak kurang dari setengah meter. Usai salat, sebagian besar kembali ke rumah menyisakan beberapa pengurus masjid yang sibuk mengurus zakat fitrah.

"Ada salat lima waktu tapi maksimal 20 orang dengan tetap menjaga jarak," ujar Unus Madyunus, salah seorang pengurus DKM Masjid Al Muhajirin.

Suasana masjid yang sepi tak lepas dari penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) guna menekan laju penularan virus corona. Kondisi serupa bisa ditemui di masjid-masjid lainnya.

Sejumlah lembaga juga telah mengimbau agar masjid meniadakan salat berjemaah. Dari mulai Kementerian Agama, Dewan Masjid Indonesia (DMI), PBNU hingga PP Muhammadiyah.
Masyarakat umum hanya boleh salat di bagian luar Masjid Raya BandungMasyarakat umum hanya boleh salat di bagian luar Masjid Raya Bandung selama pandemi virus corona (CNN Indonesia/ Melani)
Bersiap The New Normal

Presiden Joko Widodo mengatakan perlu ada tatanan hidup baru (The New Normal) akibat wabah virus corona yang melanda berbagai negara, termasuk Indonesia. Tak pelak, the new normal juga kemungkinan akan diterapkan di tempat ibadah selain tempat keramaian lainnya.

Pengurus Masjid Raya Bandung Engan Abdulwahid mengatakan pihaknya bakal mengikuti arahan dari pemerintah ihwal penerapan the new normal. Tentunya, berpegang pada protokol kesehatan.

Menurut Engan, tidak menutup kemungkinan Masjid Raya Bandung akan membatasi masyarakat yang ingin salat berjemaah. Saat salat, jarak pun harus dijaga satu sama lain.

"Tetap akan menjaga jarak jika kondisinya memang demikian (the new normal) karena kondisinya sedang mudharat, kita harus bisa mengambil hikmatnya, yang penting niat," ujarnya.
Engan mengatakan Masjid Raya Bandung juga tidak ada rencana untuk melaksanakan salat berjemaah dan ditayangkan via internet atau online. Menurutnya, itu tidak sesuai dengan fiqih, sehingga tidak ada rencana untuk dilakukan.

Dengan demikian, kemungkinan-kemungkinan the new normal yang akan diterapkan di Masjid Raya Bandung adalah membatasi jumlah orang saat salat berjemaah. Protokol kesehatan seperti menjaga jarak juga akan diterapkan.

"Tidak ada aturan fiqih salat berjamaah online, yang namanya berjamaah itu hadir pada waktu dan tempat yang bersamaan," kata Engan.

"Kalau ceramah atau dakwah online itu mungkin akan banyak," tambahnya.
Ada perubahan pula dari cara penerimaan zakat fitrah dari warga di Masjid Raya Bandung. Mengenai hal itu, pembayaran zakat bisa dibayarkan secara online.

Bisa pula datang langsung ke masjid tetapi harus memakai masker. Pembayaran zakat juga tidak akan ada proses jabat tangan antara mustahik dengan masyarakat yang membayar zakat.

"Sesuai protokol kesehatan tidak ada jabat tangan, yang penting itu niatnya mekanismenya bisa disesuaikan," tegas Engan.

Berbeda lagi dengan pembayaran zakat di Masjid Al Muhajirin, Bandung. Kini, pengurus masjid akan menjemput zakat ke masyarakat sekitar. Kegiatan itu akan dilakukan H-3 jelang lebaran.

Hal itu menurut Unus dilakukan untuk menghindari warga berkerumun di masjid untuk membayar zakat. Ditambah, pengurus masjid belum memiliki kemampuan untuk menyediakan sistem zakat online.

"Tentu petugas jemput zakat akan menerapkan protokol kesehatan mulai dari pakai masker dan sarung tangan, terus nanti berjarak, tidak akan ada kontak fisik," ujar Unus.

Kebiasaan Baru Warga

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER