Kisah 'Laboratorium' Usaha Penyandang Disabiltas di Surabaya

Farid Rahman | CNN Indonesia
Senin, 20 Sep 2021 19:16 WIB
Kedaibilitas menjadi laboratorium para penyandang disabilitas agar siap menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya di Surabaya.
Para penyandang disabilitas menyulap rumah kontrakan di Jalan Sampoerna nomor 17, Krembangan Utara, Pabean Cantian, Surabaya, Jawa Timur ini menjadi ruang berbagi dan berkreasi. (CNN Indonesia/Farid Rahman)
Surabaya, CNN Indonesia --

Zulmy Erian (28) terlihat sibuk menata wadah-wadah bulat di atas meja. Sesekali pandangan matanya beralih mencermati adonan di dalam mangkuk. Ia ingin memastikan takaran adonan kuenya pas. Secara perlahan ia tuangkan adonan ke loyang.

Di ruangan berbeda, Nanda (25) mengeluarkan kue dari mesin pemanggang roti. Asap mengepul dan aroma harum langsung memenuhi seluruh ruangan. Tangan Nanda sesekali mengibas kue di atas nampan.

Erian dan Nanda tak sendiri. Di ruangan yang sama juga tampak sejumlah orang sedang mengolah bahan mentah dan manik-manik. Mereka tampak cekatan memilah bahan, menggabungkan lalu mengombinasikannya menjadi pusparagam penganan dan kerajinan. Mereka mengemasnya dengan rapi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka adalah para penyandang disabilitas yang menyulap rumah kontrakan di Jalan Sampoerna nomor 17, Krembangan Utara, Pabean Cantian, Surabaya, Jawa Timur ini menjadi ruang berbagi dan berkreasi. Mereka menyebut rumah di permukiman padat ini Kedaibilitas. Rumah ini menjadi ruang para disabilitas untuk belajar dan berkarya.

Berawal dari rasa cinta

Kedaibilitas didirikan tiga tahun lalu oleh Andi Fuad Rachmadi (35). Jebolan Universitas Negeri Malang, Jawa Timur ini sengaja mendirikan Kedaibilitas karena ingin membuktikan bahwa penyandang disabilitas juga bisa menjadi pengusaha.

"Kedaibilitas ini adalah laboratorium usaha teman-teman disabilitas," kata Andi kepada CNNIndonesia.com, Kamis (9/9).

Kedaibilitas didirikan tiga tahun lalu oleh Andi Fuad Rachmadi (35). Jebolan Universitas Negeri Malang, Jawa Timur ini sengaja mendirikan Kedaibilitas karena ingin membuktikan bahwa penyandang disabilitas juga bisa menjadi pengusaha. CNN Indonesia/Farid RahmanAndi Fuad Rachmadi (35), pendiri Kedaibilitas di Surabaya. (CNN Indonesia/Farid Rahman)

Puluhan penyandang disabilitas bernaung di rumah ini. Sebagian besar adalah penyandang disabilitas intelektual dan mental. Ada juga penyandang disabilitas ganda atau perpaduan dari keduanya.

Ide membuat Kedaibilitas berawal saat Andi menjadi guru di sebuah sekolah inklusi di Kota Malang, Jawa Timur. Di sekolah ini, Andi banyak berinteraksi dan mendampingi anak-anak berkebutuhan khusus.

Hal ini membuat Andi terpanggil untuk fokus mendampingi para penyandang disabilitas dan memutuskan menjadi pendamping di sebuah lembaga pendidikan warga negara berkebutuhan khusus di Surabaya.

Kecintaannya pada para penyandang disabilitas kemudian menggerakkan dirinya membuat unit usaha untuk memberdayakan mereka. "Setiap anak-anak berkebutuhan khusus, pasti mereka punya satu potensi minimal. Pasti ada itu," katanya.

Bukan sekadar profit

Andi menamai unit usahanya Kedaibilitas. Ia lalu mengajak sejumlah penyandang disabilitas usia 17-30 tahun untuk bergabung. Andi dan para pendamping kemudian mendidik para penyandang disabilitas untuk bekerja dan berwirausaha. Mulai dari belanja bahan mentah di pasar, produksi hingga memasarkannya.

Jika sebelumnya para penyandang disabilitas hanya belajar teori di lembaga pendidikan, di tempat ini mereka harus mempraktikan dan terjun langsung ke masyarakat.

"Kami mengajarkan mereka dari awal sampai akhir. Saat belanja sampai memasarkan. Mereka yang melakukan. Biar mereka bisa berinteraksi. Kami ajak mereka ke dunia nyata, bukan dunia sinetron," kata Andi menjelaskan.

Unit Usaha Penyandang Disabilitas Kedaibilitas di Surabaya. CNN Indonesia/Farid RahmanUnit Usaha Penyandang Disabilitas Kedaibilitas di Surabaya. CNN Indonesia/Farid Rahman)

Menurut Andi, sampai saat ini masyarakat masih memandang penyandang disabilitas dengan sebelah mata dan memperlakukan mereka sebagai warga negara kelas dua. Untuk itu, para penyandang disabilitas harus terjun ke masyarakat agar mentalnya kuat. Di sisi lain hal itu juga sebagai upaya mendidik masyarakat agar bisa memandang dan memperlakukan penyandang disabilitas setara.

"Mereka butuh berinteraksi dengan dunia nyata. Jadi ketika mereka keluar itu enggak dipandang sebelah mata oleh masyarakat," ujarnya menambahkan.

Semua penyandang disabilitas yang bekerja di Kedaibilitas terlibat langsung melayani pembeli. Mulai dari mencatat pesanan, menyiapkan minuman dan makanan, mengantarkan, hingga menerima pembayaran. Para tamu yang berasal dari beragam kalangan bisa bercengkrama dan berbincang langsung dengan para penyandang disabilitas ini. Konsep ini, diyakini Andi dapat menciptakan interaksi dan lingkungan yang inklusif.

"Peran kami di situ, selain mengedukasi anak-anak ini, kami juga mengedukasi masyarakat, biar terbentuk lingkungan inklusif, yang ramah disabilitas," ujarnya menambahkan.

Bagi Andi, tujuan utama Kedaibilitas bukan mencari profit. Namun, membuat para penyandang disabilitas siap menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya.

Infografis Salah Kaprah Istilah DisabilitasInfografis Salah Kaprah Istilah Disabilitas. (CNN Indonesia/Basith Subastian)

Minim Perhatian Pemerintah

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER