Jakarta, CNN Indonesia -- Usai Olimpiade 2016, Indonesia tak akan menurunkan ambisi untuk target Olimpiade selanjutnya. Bahkan, menurut Chef de Mission (CdM) Olimpiade Rio de Janeiro, Raja Sapta Oktohari, Indonesia harus mengirimkan lebih banyak atlet pada Olimpiade 2020 di Tokyo.
Tujuannya untuk mendongkrak peluang medali di ajang tersebut. Namun, tentu saja dengan mengutamakan beberapa cabang olahraga (cabor) yang dinilai berpotensi mendulang medali.
Di Olimpiade 2016, Indonesia selesai di peringkat 46. Satu tingkat dibawah Slovenia, dan satu tingkat di atas Rumania. Jika disandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara, Indonesia di urutan kedua setelah Thailand.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tim Merah Putih membawa pulang satu medali emas melalui cabor bulutangkis dan dua medali perak melalui cabor angkat besi. Sedangkan Thailand mampu mengemas dua emas, dua perak, dan dua perunggu sehingga sukses finis di posisi ke-35.
"Olimpiade ini bukan hanya sekedar merebut medali, tapi
exposure bahwa Indonesia negara yang besar dan berprestasi. Dan itu kami buktikan mulai persiapan hingga penutupan."
"Alhamdulillah kami membuktikan bahwa bukti komunikasi yang efektif dan efisien, berdampak langsung kepada prestasi. Tapi jangan sampai kita terlena atas kesuksesan di Olimpiade Rio, sehingga Indonesia tidak maksimal pada Olimpiade 2020 di Tokyo. Harusnya di 2020, Indonesia bisa kirim lebih dari 28 atlet," kata Raja Sapta, kepada para wartawan di Trarine Cafe FX, Jumat (2/9) sore.
Sementara itu, menurutnya berkat komunikasi dan pendekatan yang baik pula pihaknya dan Menpora Imam Nahrawi sepakat dengan anggaran Rp35 miliar untuk Kontingen Indonesia di Brasil.
Mendatang, Okto berharap agar bentuk komunikasi tersebut dapat dijaga dan ditingkatkan untuk kegiatan olahraga lainnya.
"Kita harus bisa membuang ego masing-masing. Jika itu bisa dilakukan, saya yakin tim Indonesia bisa sukses di Asian Games dan Olimpiade mendatang," katanya.
Lebih lanjut, Okto pun mengungkapkan bahwa selama ini ia menjadikan Olimpiade London 2012 sebagai acuan untuk prestasi Indonesia di Olimpiade 2016. Di London, Indonesia membawa pulang satu medali emas dan satu medali peringgu dari cabor angkat besi.
Tanpa emas, Indonesia empat tahun lalu berada di peringkat 63. Artinya, sambung Okto, tahun ini sudah ada peningkatan dari raihan medali..
"Saya melibatkan banyak sekali orang dengan berbagai macam unsur dan latar belakang. Tujuannya satu: bagaimana caranya para atlet dan official mendapat pelayanan yang terbaik, sehingga semuanya maksimal."
Asian Games Harus MegahPada kesempatan berbeda, anggota Komisi X dari fraksi PKB Krisna Mukti, sebelumnya berharap Kemenpora dapat mensukseskan Asian Games 2018 (AG2018), terutama keberhasilan penyelenggaraan.
Krisna menyadari tak mudah bagi Indonesia untuk menuai medali di negeri sendiri. Karenanya, ia berpendapat bila Indonesia tak mampu sukses prestasi, Indonesia harus sukses dalam menyelenggarakan ajang tersebut.
"Saya berharap sekali kalaupun Indonesia tak mendapatkan medali sesuai yang diharapkan, paling tidak opening dan closing-nya itu jadi pembicaraan. Makanya dari sekarang kita harus fokus juga ke situ selain mengejar prestasinya juga."
"Pretasi olahraga Indonesia saat ini memang sedang menurun. Dengan waktu sedemikian mepet, apa lagi yang mesti dikejar? Jadi saya rasa harus ada siasat untuk mengalihkan, karena ini benar-benar kesempatan Indonesia untuk tampil di mata dunia," katanya kepada CNNIndonesia.com .
Lebih lanjut, Krisna berharap upacara pembukaan dan penutupan AG2018 dapat mewakili seluruh budaya Indonesia.
"Jadi kita juga harus merepresentasikan budaya tersebut ke dalam opening ceremony ini jadi sesuatu yang megah. Contohnya seperti Brasil kemarin di Olimpiade, mereka memiliki budaya yang bagus. Mereka menampilkan berbagai macam tarian, kesenian, dalam satu kemasan yang aktraktif, dinamis, unik, dan kreatif, sehingga dunia akan kagum."
"Kita punya banyak seniman yang levelnya itu dunia, hire-lah mereka untuk memberikan suatu tontonan yang berkualitas. Jadi skalanya bukan nasional tapi internasional. Walaupun kita menampilkan kearifan lokal bangsa Indonesia, tapi dikemas secara internasional," ucapnya.
Krisna pun menyadari bahwa Kemenpora sedang melakukan upaya dalam mencapai target sukses prestasi, di tengah minimnya anggaran.
Pada Juni lalu, Kemenpora telah terkena pemotongan anggaran senilai Rp609 miliar, atau 18,8 persen dari anggaran semula.Anggaran Satlak Prima terkena imbas pemotongan sebesar Rp167,5 miliar yang dinilai akan berpengaruh kepada pencapaian Indonesia di Asian Games.
"Tapi dunia mana mau tahu bahwa anggaran Indonesia mengalami penurunan dana dan sebagainya. Mereka tahunya Indonesia menjadi tuan rumah AG dan itu harus luar biasa," ujar Krisna.
(bac)