Jakarta, CNN Indonesia -- Planet Mars selama ini seakan menjadi impian destinasi banyak pihak, seperti badan antariksa NASA, perusahaan SpaceX milik Elon Musk, hingga proyek Mars One yang berniat menghuninya. Badan Antariksa NASA merencanakan penjelajahan ke planet merah sekitar tahun 2030-an, sementara proyek Mars One dari Belanda itu menargetkan tahun 2020.
Pergi ke planet merah bukan hal mudah sebab teknologi yang dibutuhkan untuk bisa sukses sambangi Mars nyatanya harus betul-betul disiapkan agar semua awak yang diterbangkan ke sana bisa tetap hidup.
Berikut kemungkinan buruk yang sewaktu-waktu bisa terjadi seperti yang diwartakan oleh situs Popular Science.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tabrakan Melakukan perjalanan ke Mars memakan waktu yang lama hingga berbulan-bulan. Bahaya pertama yaitu menembus atmosfer Mars agar bisa mendarat di permukaannya.
Udara atmosfer Mars bisa dibilang 100 kali lebih tipis dari atmosfer Bumi. Selama ini, setiap pesawat antariksa yang pulang ke Bumi, mereka mengandalkan kombinasi parasut agar menciptakan tarikan dari atmosfer untuk jatuh perlahan ke daratan.
Semakin berat objek, butuh tarikan yang lebih kuat agar tidak menghantam permukaan. Bisa dibayangkan betapa sulitnya mendaratkan pesawat antariksa Mars yang terbang ke sana untuk bisa sempurna mendarat di permukaan saat melewati atmosfer tipisnya.
"Melewati atmosfer Mars tentu jadi tantangan sendiri. Kami akan butuh kemampuan lebih untuk aspek itu," ujar deputi manajer divisi misi eksplorasi NASA, Bret Drake.
MembekuJangan bahagia dulu jika sudah berhasil tiba di Mars. Manusia tentu harus menyesuaikan kondisi tubuh dengan suhu udara. Diketahui, suhu Mars rata-rata berkisar di angka minus 62 derajat Celsius.
Udara di planet merah itu juga terkenal mudah berubah-ubah tergantung musim, sewaktu-waktu bisa 30 derajat Celsius dan bisa mencapai minus 175 derajat Celsius di dekat tiap kutubnya.
Khusus NASA sendiri, badan antariksa Amerika Serikat itu sudah memelajari soal fluktuasi temperatur udara berkat Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Selama para astronaut mendiami ISS, mereka harus menghadapi suhu panas 93 derajat Celsius yang kemudian berubah menjadi minus 128 derajat Celsius pada malam hari.
Kondisi di dalam ISS dan seragam astronaut NASA menggunakan sistem dan proses seperti sublimasi untuk terhindar dari panas dan dingin yang berlebihan. Namun tetap saja, perlengkapan lebih matang harus dipersiapkan untuk menghadapi kondisi di Mars.
KelaparanHidup di habitat seperti Mars diyakini akan mirip dengan hidup di kawasan Antartika, bahkan lebih buruk. Pasokan makanan tentu dibutuhkan untuk manusia.
Kabar buruknya, misi pemasok dari pesawat kargo menuju Mars tidak lah mudah. Butuh waktu berbulan-bulan atau bisa mencapai bertahun-tahun untuk bisa dilaksanakan.
Terlebih untuk misi yang tujuannya ingin mendiami Mars seperti Mars One, sangat perlu keahlian bertani skala antar planet.
Mars One sejauh ini memang berencana untuk menyemai tumbuhan di dalam ruangan seluas 80 meter persegi menggunakan cahaya buatan. Proyek ini yakin bahwa vegetasi di sana akan berkelanjutan dengan memanfaatkan air dari permukaan Mars dan karbon dioksida yang dihasilkan dari empat awak.
"Ketika Anda menanam tumbuhan sebagai bahan makanan, karbon dioksida yang dihasilkan dari empat orang tidak akan cukup untuk menjaga tanaman tetap hidup," tutur teknisi kedirgantaraan dari MIT, Sydney Do.
Misi pengiriman astronaut ke Mars yang digagas oleh NASA rencananya akan dijalankan pada tahun 2020 atau 2030-an, menggunakan pesawat Orion.
Sedangkan perusahaan besutan Elon Musk, SpaceX kabarnya akan sambangi planet merah di pertengahan 2020-an. Begitu pun dengan misi Mars One yang penuh kontroversi itu.
Sejauh ini, Mars One mengaku sudah berhasil melakukan beberapa pencapaian, di antaranya kontrak pertama dengan Paragon Space Development Corporation untuk sistem penopang hidup di Mars dan kontrak dengan perusahaan penerbangan antariksa Lockheed Martin.
Sementara NASA sempat menyatakan ingin menjadi pihak yang pertama kali bisa menginjakan kaki di sana.
Pengelola NASA, Charles Bolden beberapa waktu lalu mengatakan, "Tak ada perusahaan komersil akan terbang ke Mars tanpa bantuan NASA dan pemerintah."
Kita lihat saja siapa yang akan betul-betul bisa mewujudkan impian besar ini di masa depan.