Jakarta, CNN Indonesia -- Festival belanja online nasional hingga kini menjadi ujung tombang bagi
e-commerce untuk mendulang transaksi dan pengguna sebanyak-banyaknya. Pada saat pertama kali digelar pada 2012, Festival belanja online nasional dalam bentuk Hari Belanja Online Nasional (
Harbolnas) bertujuan untuk memberi edukasi kepada masyarakat tentang kemudahan belanja
online.
Pengamat
e-commerce Kun Arief Cahyantoro menjelaskan awalnya pasar belum terbiasa untuk melakukan belanja daring. Pasar atau konsumen terbiasa untuk membeli barang secara offline dengan melihat langsung barang yang hendak dibeli.
"Pada saat itu pasar belum terbiasa untuk melakukan transaksi pembelian
online tanpa melihat langsung & merasakan produk yang akan mereka beli," ujar Arief saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Jumat (11/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan laporan e-Economy SEA 2019 masifnya belanja
online saat ini juga didukung oleh perkembangan pengguna ponsel yang sangat kilat. Perkembangan pengguna ponsel juga membuat pasar Asia Tenggara menjadi ekonomi digital dengan perkembangan yang paling cepat di dunia
Berdasarkan laporan tersebut jumlah pengguna ponsel yang tersambung ke internet telah menembus angka 360 juta orang.
Jumlah ini,100 juta lebih banyak dibandingkan pada 2015 dengan jumlah 260 juta orang. Sebagai catatan, saat ini jumlah penduduk Indonesia telah menyentuh angka 264 juta orang. Artinya jumlah ponsel yang digunakan di Indonesia 100 juta lebih banyak dibandingkan total populasi.
Selain itu, jumlah pengguna internet di Indonesia telah menembus angka 152 juta pengguna pada 2019. Jumlah ini meningkat 60 juta dibandingkan 2015 dengan jumlah 92 juta pengguna.
Google memprediksi nilai ekonomi berbasis internet Indonesia akan menembus US$40 miliar atau sekitar Rp566,28 triliun (dengan asumsi US$1=Rp14.157) pada akhir 2019.
 Gudang penyimpanan barang milik Lazada. Foto: CNN Indonesia/Bintoro Agung Sugiharto) |
Indonesia menjadi kontributor terbesar dalam pertumbuhan ekonomi internet atau sering disebut ekonomi digital di Asia Tenggara.
Dari jumlah tersebut, Indonesia menyumbang 40 persen dari total nilai ekonomi internet di Asia Tenggara yang mencapai US$100 miliar. Proyeksi atas nilai ekonomi tersebut menghitung nilai barang dagangan (g
ross merchandise value/GMV) dari lima sektor, yaitu
e-commerce, ride-hailing, online media, online
travel agent, dan layanan finansial.
Managing Director Google Southeast Asia Randy Jusuf mengatakan angka tersebut meningkat lebih dari lima kali lipat dari US$8 miliar pada 2015 dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 49 persen per tahunnya.
Dari jumlah tersebut, sektor ride hailing menyumbang US$6 miliar, sedangkan sektor
e-commerce menyumbang US$21 miliar atau lebih dari 50 persen.
Perkembangan signifikan sektor
ride-hailing dan
e-commerce masing-masing didorong oleh Hari Belanja Nasional (Harbolnas) dan layanan pesan antar makanan.
"Pertumbuhan
e-commerce sangat didorong oleh Harbolnas. Pertumbuhan
ride-hailing didorong oleh layanan pesan antar makanan," kata Randy di kantor Google Indonesia, Senin (7/10).
GMV ekonomi digital di Asia Tenggara menyumbang 3,7 persen produk domestik bruto (GDP) pada 2019. Persentase ini meningkat 1,3 persen dari 2015 dan diproyeksi akan melewati angka 8 persen pada 2025.
"Asia Tenggara akan menutup celah dengan pasar maju seperti Amerika Serikat, di mana ekonomi Internet telah membentuk 6,5 persen dari PDB pada tahun 2016," katanya.
Lanjut untuk mengetahui tujuan utama e-commerce di balik Harbolnas.
Arief menduga festival belanja online dilakukan bukan sekedar untuk mengedukasi masyarakat. Lebihd ari itu, jumlah transaksi dan trefim menjadi semacam indikator (
key performance indicator/ KPI)
e-commerce di mata investor.
"Menurut saya, ada tujuan yang lebih penting dari harbolnas bagi para penyedia
platform e-commerce. Yaitu untuk menaikkan kinerja & performansi perusahaan
platform di mana tujuannya adalah sebagai evaluasi nilai perusahaan," kata Arief.
Ia mengatakan penilaian kinerja perusahaan
e-commerce berdasarkan banyaknya pengguna, transaksi, dan trafik.
"Hal ini berbeda dengan perusahaan umum lain yang menunjukkan kinerja dan performansinya melalui laporan keuntungan perusahaan dan deviden bagi pemilik saham," ucapnya.
Arief mengatakan Harbolnas menjadi semacam ajang pamer bagi
e-commerce untuk mencari putaran pendanaan terbaru pada semester pertama 2020.
"Semester pertama tahun depan akan teruji hasil dari Harbolnas, siapa yang akan mendapatkan investor baru," ungkapnya.
Bagi Arief, konsumen di Indonesia masih belum jenuh diberikan promo besar-besaran lantaran industri menganggap Indonesia adalah pasar dengan tingkat konsumsi tinggi.
Laporan Google sendiri mencatat total investasi atau pendanaan kepada internet digital menembus angka US$1,8 miliar pada semester pertama 2019. Angka serupa tercetak pada semester pertama 2018. Sepanjang 2018, investor memberikan dana sebesar US$3,8 miliar.
"Putaran pendanaan besar di Indonesia dipimpin oleh unicorn Indonesia seperti Bukalapak, Gojek, Tokopedia, dan Traveloka," katanya.
[Gambas:Video CNN]Kepala Departemen Ekonomi CSIS, Yose Rizal Damuri mengatakan seharusnya
e-commerce saat ini mengembangkan para pedagang yang memproduksi barang dagangannya sendiri (
supplier).
Ia mengatakan saat ini pedagang di
e-commerce rata-rata merupakan
reseller. Masih sedikit pedagang yang juga memproduksi barang dagangan.
"Kita lihat studi yang saya lakukan perusahaan yang sifatnya manufaktur. Produksi barang sendiri masih sedikit masuk
e-commerce. Ini harus dibantu oleh
e-commerce," katanya
Yosef mengatakan
e-commerce harus secara aktif memberdayakan supplier. Fokus
e-commerce juga diharapkan tak hanya berada di kota-kota besar, tapi juga kota tier kedua.
"Memperkuat dari sisi
supplier. Sekarang mungkin
e-commerce harus lebih aktif berdayakan supplier. kalau bisa merchant yang datang dari tempat sulit dari kota tier kedua," ujarnya.
Menurut Google Trends, pencarian terkait voucher, kupon dan promosi yang biasanya diberikan oleh pemain
e-commerce selama festival belanja telah meningkat lebih dari dua kali lipat dalam empat tahun terakhir.
"Menurut Google Trends, pencarian terkait dengan voucher, kupon dan promo yang biasanya diberikan
e-commerce selama festival belanja juga meningkat," katanya.
Selain itu, Randy juga mengatakan
e-commerce memiliki strategi pemasaran unik untuk meningkatkan transaksi di Indonesia.
E-commerce biasanya menggelar siarang langsung bersama seorang
influencer untuk
unboxing perangkat atau memberikan penilaian tentang merek tertentu.
Head of Content Marketing iPrice Andrew Prasatya mengatakan tren pencarian voucher dan promo juga dicatat di iPrice.
"Periode promosi Oktober-Desember, 2017 dan 2018, ada peningkatan sekitar 400%. Orang yang berkunjung ke web kita kita di Oktober sampai Desember 2018 lebih besar 4x dibandingkan 2017. Sample sizenya kurang lebih 20 juta pengunjung website iPrice.co.id," ujar Andrew ketika dihubungi melalui pesan singkat.
Andrew menjelaskan promosi festival belanja online menjadi salah satu strategi bagi e-commerce untuk meningkatkan jumlah pengunjung dan transaksi.
"Tak cuma Harbolnas (12/12), tapi juga momen-momen promosi lain seperti ulang tahun e-commerce, 10/10, 11/11, 12/12, Lebaran, hingga Tahun baru Cina. Nanti mungkin tiap bulan bakal ada promosi," pungkasnya.
Lanjut ke halaman berikutnya: 'Pandangan skeptis terhadap festival belanja online' Di sisi lain, Ketua Lembaga Riset Keamanan Siber dan Komunikasi Pratama Persadha mengatakan saat ini masyarakat telah skeptis dengan diskon-diskon bombastis di
e-commerce.Pasalnya seringkali harga produk di
mark-up terlebih dahulu sebelum diberi diskon gila-gilaan. Padahal dengan harga akhir yang sama, hanya 5 hingga 10 persen lebih murah dari harga pasaran.
Padahal kalau memang diskon besar, Pratama mengatakan setidaknya harga barang harus di diskon dari harga pasaran.
"Memang di diskon, namun klaim diskon 70% misalnya ternyata bila dicek hanya 5-10 persen lebih murah dari harga pasaran. Padahal harusnya jauh lebih murah dari pasaran Itu kenapa banyak yang skeptis juga memandang Harbolnas," kata Pratama.
Menanggapi meleknya masyarakat terkait harga tersebut,
e-commerce tak kehabisan akal. Pratama mengatakan ada promo-promo dengan harga serba misalnya Rp10 ribu atau Rp99 ribu.
"Harga benar seperti yang tertera, namun kuantitas barang mungkin sedikit," katanya
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), kata Pratama, harus menegur e-commerce terkait keterbukaan soal harga hingga ketersediaan stok barang.
"Misalnya saat diskon dengan harga sangat murah, dijelaskan berapa banyak stoknya, dan dihitung real time ketersediaan stok. Sehingga masyarakat tidak merasa ditipu dan hanya menjadi alat menaikkan trafik kunjungan," ujar Pratama.
Mengamati data SimilarWeb, jumlah kunjungan di situs Tokopedia selalu berada di atas situs
e-commerce lain setiap bulannya. Kunjungan tertinggi Tokopedia terjadi pada bulan September yang mencapai 169 juta pengunjung. Jumlah ini meningkat 123 persen dari kunjungan awal tahu.
Bukalapak terjadi pada bulan November dengan angka 120, ribu kunjungan. Jika dibandingkan dengan catatan pengunjung desktop dan mobile web mereka di bulan Januari lalu, Bukalapak mampu membukukan margin hingga 69,2 ribu kunjungan, alias meningkat 135 persen.