Jakarta, CNN Indonesia -- Isu dan masalah pembangunan infrastruktur di Indonesia masih menjadi topik terhangat bagi para pemimpin industri keuangan global. Dalam helatan Institutional Infrastructure of Finance (IIF) Summit 2015, pemerintah dan pelaku pasar mengakui tantangan terkait pendanaan proyek infrastruktur dalam negeri.
Untuk diketahui, dalam acara IIF Summit 2015 yang digerlar di Jakarta tersebut, berkumpul para ahli industri keuangan dan perwakilan pemerintah membahas pembangunan infrastruktur dan perluasan akses finansial di Indonesia dan di Kawasan Asia.
Turut hadir Wakil Presiden Jusuf Kalla sebagai perwakilan pemerintah. Dalam sambutannya, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan bahwa ada berita buruk dan baik yang perlu disampaikan. Buruknya, pertumbuhan ekonomi kuartal I hanya mencapai 4,7 persen dan di bawah target yang ditentukan oleh pemerintah Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun baiknya, menurut JK, pertumbuhan yang dialami Indonesia masih jauh lebih baik dari negara lain di Kawasan Asia. Ini sangat penting untuk membangun diskusi dan mencari penyelesaian atas masalah perekonomian yang sering dihadapi, terutama pada masalah pendanaan proyek pembangunan.
"Indonesia membutuhkan lebih banyak infrastruktur untuk mendukung beragam sektor ekonomi dan memperbaiki pertumbuhan dan pembangunan," ujar JK di Jakarta, Kamis (7/5).
Senada dengan JK, Direktur Utama Bank Mandiri Budi G. Sadikin mengatakan saat ini Indonesia memiliki tantangan finansial untuk membangun infrastruktur agar mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, Indonesia juga memiliki tantangan untuk memperluas akses keuangan ke masyarakat yang hingga kini baru mencapai 60 persen.
"
Platform regulasi global semakin ketat karena krisis keuangan global yang pernah terjadi sehingga mempengaruhi modal dan bunga yang semakin tinggi bagi dunia usaha sehingga berimbas ke sektor mikro," kata Budi.
Dalam forum ini turut hadir Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo dan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Muliaman D. Hadad serta beberapa CEO perusahaan keuangan dunia seperti Standard Chartered, Bank Central Asia, Goldman Sachs, JP Morgan, DBS, Barclays serta ratusan lembaga jasa keuangan lainnya.
(gir/gir)