Kesempatan ini pun dimanfaatkan oleh produsen batu bara nasional yang ingin masuk ke ranah penyediaan energi nasional.
PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk, contohnya. Perusahaan pelat merah tersebut memandang bisnis pembangkit listrik sebagai lini usaha utama perusahaan di masa depan.
Pasalnya, bisnis pertambangan batu bara dinilai tidak sinambung akibat cadangan yang terus turun dan harga batu bara yang cenderung fluktuatif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Masa depan bisnis PTBA ini di pembangkit. Sebagai pembangkit dengan tenaga batu bara, kami ingin transformasi ke depan dengan pembangkit berbasis mulut tambang. Dengan deposit yang diketahui, ada kemampuan bagi kami untuk berkontribusi sampai dengan 5 ribu MW," papar Direktur Utama PTBA, Arviyan Arifin.
Selain melakukan penetrasi lewat lelang PLN, perusahaan juga membidik belasan PLTU untuk diakuisisi. Menurutnya, sebagian PLTU ini sudah beroperasi dan sebagian lagi telah melalui proses perjanjian jual beli listrik (
Power Purchase Agreement/PPA) dengan PLN.
"Ada kajian untuk mengembangkan mulut tambang lain di Sumatera Selatan dan di luar Sumatera Selatan dengan pola akuisisi. Kami melihat, terdapat beberapa perusahaan yang punya potensi untuk dikembangkan lebih lanjut," jelasnya.
Sementara itu, produsen batu bara nasional PT Adaro Energy Tbk berniat untuk mengikuti semua lelang PLTU Mulur Tambang yang ditawarkan PLN. Selain itu, perusahaan yang mengambil porsi 11,89 persen produksi batu bara nasional tahun 2016 silam ini juga akan menmanfaatkan beberapa tambang yang telah diakuisisi di Sumatera Selatan dan Kalimantan untuk dijadikan sumber PLTU Mulut Tambang.
"Ketika kami beli aset tersebut, kami lihat secara jangka panjang. Batu bara secara efisien kan hanya bisa dijadikan sumber energi, ya lebih baik kami jadikan bahan baku
power plant kedepannya. Tapi, tentu saja kemampuan kapasitasnya berbeda antara satu pulau dengan pulau lainnya," papar Garibaldi Thohir, Presiden Direktur Adaro.
Ia berharap, lini bisnis pembangkit listrik bisa menyumbang pendapatan perusahaan sebesar 33 persen dalam waktu delapan hingga 10 tahun mendatang. Angka tersebut akan berbanding terbalik dengan kondisi tahun lalu, di mana 92,86 persen dari total pendapatan sebesar US$2,52 miliar masih ditopang dari penjualan batu bara.
"Kami berharap, di masa depan, kontribusi pembangkit listrik bisa mencapai sepertiga dari total pendapatan," ujarnya.