-- Ramadan kerap menjadi dongkrak penjualan bagi emiten ritel dan barang konsumsi setiap tahunnya. Masyarakat beramai-ramai berbelanja untuk memenuhi kebutuhan selama Ramadan dan persiapan saat Lebaran tiba.
Tak heran, penjualan emiten di kedua sektor itu mengalami peningkatan penjualan saat Ramadan hingga jelang Lebaran. Tak main-main, peningkatan penjualan emiten ritel diprediksi mencapai dua sampai tiga kali lipat.
Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta menjelaskan, lonjakan belanja masyarakat akan terjadi pada dua minggu sebelum Lebaran atau setelah Tunjangan Hari Raya (THR) dibagikan oleh masing-masing perusahaan.
"Lebaran identik dengan sandang. Penduduk muslim minimal perlu baju kokoh dan sarung untuk kegiatan keagamaan, belum lagi baju untuk anak-anak," terang Tutum kepada
, Selasa (6/6).
Sementara itu, untuk penjualan makanan sendiri dapat naik hingga 50 persen jika dibandingkan dengan bulan biasa. Namun, ada potensi untuk naik berkali-kali lipat untuk beberapa produk tertentu.
"Misalnya seperti sirup, kemudian kue kering. Orang melakukan persiapan Lebaran," ucap Tutum.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christine Natasya menjelaskan, rata-rata penjualan emiten ritel tahun ini diperkirakan naik meski tipis jika dibandingkan dengan tahun 2016. Hal ini didukung oleh semakin pulihnya daya beli masyarakat.
"Tahun lalu itu rata-rata kenaikan penjualan saat Ramadan dibandingkan dengan bulan biasanya 9 persen-10 persen, tahun ini 10 persen-11 persen," ungkap Christine.
PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) menjadi salah satu emiten ritel yang diprediksi akan mendulang untung terbesar pada momen ini dibandingkan dengan emiten sejenis lainnya.
Menurut Christine, sikap perusahaan yang konsisten menyasar kelas menengah ke bawah menjadi penyebab utama kenaikan penjualan perusahaan.
"Lebaran memang selalu mendukung penjualan Ramayan. Tiap tahun emiten itu pasti untung paling tinggi," ujar Christine.
Manajemen Ramayana Lestari pun mengakui kontribusi penjualan jelang Lebaran serta momen anak masuk sekolah mencapai sekitar 42 persen dari total penjualan dalam satu tahun.
Untuk momen yang sama tahun ini, perusahaan pun menargetkan penjualan naik 11,4 persen menjadi Rp3,9 triliun dibandingkan dengan penjualan tahun 2016 sebesar Rp3,5 triliun.
Direktur Financing Accounting Ramayana Lestari Suryanto menyatakan, pertimbangan target tersebut dilandasi faktor kenaikan daya beli masyarakat jelang Lebaran.
Sementara itu, Christine menilai, kenaikan penjualan Ramayana Lestari juga dinilai karena kelas menengah ke bawah belum memiliki akses teknologi yang tinggi seperti kelas menengah ke atas yang sudah dipengaruhi oleh bisnis toko daring.
"Jadi pengetahuan tentang
e-commerce sedikit," imbuh Christine.
Tak jauh berbeda, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) menyebut, penjualan selama Ramadan hingga Lebaran memiliki kontribusi sekitar 30-40 persen terhadap penjualan selama setahun. Namun, perusahaan enggan menyebut rincian kenaikan penjualan khusus bulan Ramadan itu sendiri.
"Untuk target
same store sales growth (SSSG) tahun ini single digit," ungkap Sekretaris Perusahaan Matahari Department, Miranti Hadisusilo. Emiten ritel lainnya, PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) menyebut, secara kuartal yang di dalamnya terdapat bulan Ramadan dan Lebaran menyumbang penjualan 20 persen-25 persen. Artinya, perusahaan memprediksi penjualan itu terjadi pada kuartal II.
"Kontribusi kuartal saat ada Lebaran bisa 20 persen-25 persen. Khusus Ramadan sendiri bisa setengahnya," ucap Head of Corporate Communication Mitra Adiperkasa, Fetty Kwartati.
Ia mengatakan, majunya waktu Lebaran dibandingkan dengan tahun lalu yang masuk di kuartal III akan menambah kontribusi penjualan semester I terhadap penjualan satu tahun penuh.
Normalnya, kontribusi penjualan pada semester I sebesar 45 persen-50 persen, sedangkan semester II berkisar 55 persen-65 persen. Namun, khusus tahun ini diprediksi kontribusi akan seimbang.
Christine sendiri berpendapat, penjualan Matahari Department dan Mitra Adiperkasa tidak akan lebih kencang dibandingkan dengan Ramayana Lestari. Pasalnya, kelas menengah dan menengah ke atas yang biasanya menjadi konsumen kedua emiten itu memiliki pilihan produk dari beragam brand lainnya.
"Konsumennya bisa beli di brand lain, misalnya Uniqlo dan H&M," kata Christine.
Selain itu, kontribusi penjualan terbesar bagi Mitra Adiperkasa sendiri dinilai Christine lebih banyak disumbang pada akhir tahun, atau jelang liburan Natal dan Tahun Baru.
"Kalau Mitra Adiperkasa penjualan kurang lebih sana, perusahaan itu naiknya saat Desember, lebih karena Natal dan Tahun Baru," jelas Christine. Adapun, berkah Ramadan juga akan mempengaruhi penjualan emiten berbasis konsumsi barang. Kebutuhan masyarakat terkait bahan makanan akan bertambah saat Ramadan dan Lebaran, seiring dengan maraknya acara silaturahmi yang dilakukan keluarga muslim.
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan Grup Indofood merupakan contoh emiten yang mendapat berkah Ramadan. Untuk mendukung lonjakan permintaan, Unilever Indonesia sendiri telah melakukan penambahan stok kepada seluruh distributornya.
"Kami sudah memulai akhir tahun lalu ke distributor kami, karena persiapan tidak bisa dilakukan mendadak," kata Governance and Corporate Affairs Director Unilever Indonesia, Sancoyo Antarikso.
Ia menyebut, perusahaan memiliki lebih dari 850 distributor di Indonesia. Untuk jumlah penambahan stoknya sendiri tidak sama tiap distributor karena tergantung dari lokasi daerah distributor tersebut.
Sementara, Direktur Indofood Franciscus Welirang mengatakan, produk dari divisi Bogasari diprediksi tumbuh 10 persen. Menurutnya, penjualan saat Ramadan sendiri tidak akan akan tumbuh pesat.
"Jelang Lebaran ada peningkatan memang sekitar 10 persen, jadi peningkatannya tidak berlipat-lipat kali. Dan biasanya sudah kami persiapkan untuk stok," papar Franciscus.
Secara keseluruhan, manajemen tidak mematok target penjualan tertentu saat Ramadan dan Lebaran. Namun, untuk penjualan Indofood Sukses Makmur ditargetkan naik 10 persen hingga 12 persen, sedangkan Indofood CBP meningkat 8 persen-12 persen. Selain itu, emiten sektor barang konsumsi yang bergerak dalam bisnis farmasi juga akan meraup untung lebih dari Ramadan dan Lebaran. Pasalnya, masyarakat membutuhkan banyak vitamin agar tubuh tetap fit saat menjalankan ibadah puasa.
Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) Vidjongtius menyebut, penjualan perusahaan akan terdongkrak sekitar 10 persen hingga 15 persen sepanjang Ramadan bila dibandingkan dengan bulan biasanya. Penjualan tersebut menyasar ke beberapa produknya, seperti obat dan produk nutrisi.
"Untuk persiapan tambahan sesuai dengan perkiraan kenaikan penjualan. Untuk target penjualan satu tahun ditargetkan naik delapan persen sampai 10 persen," pungkas Vidjongtius.
Secara keseluruhan, Christine menilai emiten barang konsumsi akan meraup pertumbuhan penjualan lebih tinggi saat Ramadan dan jelang Lebaran. Hal ini disebabkan, produk yang dijual oleh perusahaan barang konsumsi terbilang kebutuhan primer masyarakat.
Bila rata-rata kenaikan untuk emiten ritel tahun ini diprediksi 10 persen hingga 11 persen, maka rata-rata peningkatan penjualan untuk emiten barang konsumsi dipastikan lebih dari itu.