ANALISIS

Peliknya Dilema Kenaikan Harga BBM

CNN Indonesia
Jumat, 16 Jun 2017 12:10 WIB
Pemerintah membuka peluang untuk menyesuaikan harga BBM penugasan jenis Premium dan Solar mulai 1 Juli mendatang karena PT Pertamina (Persero) menanggung rugi.
Kenaikan harga BBM berimbas luas, mulai dari tarif angkutan umum hingga harga barang dan jasa. (CNN Indonesia/Hesti Rika Pratiwi)
Ketua Dewan Pertimbangan Pusat (DPP) Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta Shafruhan Sinungan mengatakan, kenaikan harga BBM pasti akan disertai oleh kenaikan tarif angkutan darat. Bahkan, asosiasi sudah menyiapkan hitung-hitungan formula peningkatan tarif kalau pemerintah jadi meningkatkan harga Premium dan Solar.

"Ada dasar hitung-hitungannya, setiap kenaikan harga BBM sekian persen akan berdampak ke tarif angkutan sekian persen. Namun, ini kan masih belum resmi diumumkan, jadi kami tak bisa memberikan dulu perkiraan hitungannya," jelasnya.

Kendati demikian, tak semua pengusaha angkutan senang dengan kenaikan tarif. Karena dengan kenaikan BBM, maka akan ada tambahan kewajiban yang dilakukan pengusaha angkutan darat, seperti tambahan upah bagi pengemudi hingga kenaikan biaya suku cadang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Justru, kenaikan biaya operasional ini jauh lebih dirasakan usaha angkutan daripada dampak kenaikan BBM itu sendiri. Apalagi, BBM hanya menyumbang 17 persen dari seluruh komponen pembentuk tarif angkutan.

"Bisa dibilang, kalau sudah begini ya usaha angkutan darat makin ambruk lagi. Terkadang, kami pun tak serta merta turunkan tarif angkutan ketika harga BBM turun, karena komponen biaya operasional sudah terlanjur naik dan tak mau turun," tambahnya.

Setali tiga uang, pelaku usaha ritel juga mengaku akan kena imbas jika harga BBM dinaikkan. Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta menjelaskan, bahkan efek kenaikan harga BBM menampar baik dari sisi penawaran maupun permintaan.

Dari sisi penawaran, tentu saja harga barang-barang yang dijual menjadi lebih mahal. Sementara dari sisi permintaan, peritel khawatir daya beli masyarakat menjadi turun. Kalau daya beli turun, masyarakat akan mengerem belanja demi memenuhi kebutuhan pokok yang juga semakin mahal.

"Maka dari itu, seluruh rangkaian naik turunnya harga BBM harus memperhatikan daya beli. Kenaikan harga BBM ini sangat sensitif bagi masyarakat, sedikit saja perubahannya akan berdampak ke suku bunga, biaya distribusi, dan lainnya," kata Tutum.

Tak hanya dunia usaha, masyarakat pun memikirkan hal serupa. Lelly, ibu rumah tangga yang berdomisili di Depok, Jawa Barat ini juga mengkhawatirkan harga-harga yang meroket pasca pengumuman BBM. Dengan alokasi jatah belanja yang tidak bertambah, ia pun siap mengikat perut kalau pemerintah jadi menaikkan harga BBM.

"Karena kalau harga BBM naik, harga barang langsung naik. Tapi kalau harga BBM turun, harga barang-barang kebutuhan malah tidak kunjung turun. Boleh saja sih harga BBM naik, asal saya punya kenaikan pendapatan yang lebih besar daripada kenaikan harga BBM-nya," terangnya.

Untuk itu, ia berharap pemerintah mau mengurungkan niatnya dalam menaikkan harga Premium dan Solar di paruh kedua 2017 mendatang. Bahkan, ia juga ingin pemerintah tidak mengutak-atik harga BBM di tahun-tahun mendatang.

"Padahal sudah enak harga BBM tidak berubah setelah sekian lama. Saya harap sih pemerintah mau mendengar keluhan warga saja," tutur Lelly.

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER