Paranoia Ramalan Akhir Dunia dalam Bungker Kuno Albania

CNN Indonesia
Jumat, 18 Sep 2020 18:35 WIB
Enver Hoxha, pemimpin era komunis di Albania, punya ketakutan berlebih akan perang. Ia lalu membangun bungker lengkap dengan latihan perang imajinernya.
Terowongan bawah tanah di Gjirokastra, Albania. (AFP/GENT SHKULLAKU)
Jakarta, CNN Indonesia --

Mengular di bawah benteng di selatan Albania, jaringan terowongan rahasia yang dibangun selama era komunis menangkap kerahasiaan dan paranoia yang membuka wawasan akan sejarah pemerintahan panjang tiran Enver Hoxha.

Hari ini komunisme telah hilang dan bungker militer menjadi objek wisata, masih menarik pengunjung kembali melancong di tengah pandemi virus, ketika ketakutan, isolasi, serta pengurungan menjadi tema yang akrab dalam kehidupan.

Komplek bawah tanah yang luas, sekarang dijuluki terowongan Perang Dingin, adalah bagian dari proyek "bungkerisasi" yang besar dan mahal yang dipelopori oleh Hoxha, yang mengalami ketakutan berlebihan alias paranoia akan invasi asing selama 40 tahun pemerintahannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk membentengi negara tertutup itu, dia mengawasi pembangunan lebih dari 170 ribu bungker militer di seluruh Albania.

Sebagian besar adalah bangunan berbentuk kubah kecil, dibangun sebagai pos penjaga tentara, yang masih menghiasi lanskap di sana hingga saat ini.

Ruangan bawah tanah yang berada di bawah benteng kota tua Hoxha di Gjirokastra, selatan Albania, termasuk yang paling mengesankan dan masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO.

Kru konstruksi bekerja bergiliran secara rahasia untuk memastikan tidak ada yang mengetahui rencana lengkap jaringan terowongan sepanjang 1.500 meter yang dibangun untuk menampung komando militer jika terjadi serangan asing.

Terowongan itu ditemukan kembali setelah jatuhnya komunisme pada 1990-an dan sejak itu menjadi magnet kedatangan turis.

Meskipun Covid-19 telah memberikan pukulan berat bagi musim turis di Albania, sekitar 300 pengunjung dengan masker masih menjelajahi ruang bawah tanah pada musim panas ini, termasuk Alexandre Benlalam, seorang insinyur komputer asal Paris yang berusia 39 tahun.

"Hari ini kami mengunjungi bungker ini untuk merefleksikan susahnya kehidupan kami di tengah pandemi, kehilangan kebebasan ke luar ruangan, kebebasan untuk saling menyentuh, kebebasan untuk berbicara satu sama lain, kebebasan untuk bersosialisasi," katanya, seperti yang dikutip AFP pada Jumat (18/9).

Namun, "pembatasan berada di arah yang benar" saat ini, tambahnya, bertentangan dengan deprivasi di bawah kediktatoran tangan besi Hoxha.

'Melaporkan' perang imajiner

Sementara dinding terowongan sekarang runtuh dan furnitur lama yang tertinggal ditutupi debu, pada masanya komplek tersebut sangat modern.

Koridor menghubungkan tempat perlindungan bom nuklir dan sejumlah kantor untuk komando militer, polisi rahasia, jaksa penuntut umum dan pengadilan, jelas Astrit Imeri, seorang mantan perwira militer berusia 67 tahun, saat dia mengunjungi kembali tempat persembunyian bawah tanah itu.

Ruang tambahan dibuat untuk operasi penyadapan, asrama untuk tidur, toko roti, tangki air, dan simpanan pistol Kalashnikov dan TT untuk digunakan melawan potensi gangguan musuh.

In this photograph taken on February 2, 2020, museum guide Besian Dida, stands in the ventilation room of The Cold War Tunnel Museum in Gjirokastra, Albania. - Snaking beneath a fortress in southern Albania, a covert tunnel network built during the country's communist era captures the secrecy and paranoia that defined the long rule of former tyrant Enver Hoxha.Today communism is gone and the military bunker is a tourist attraction, still drawing rare visitors during the pandemic, when themes of fear, isolation and confinement are particularly resonant. The sprawling underground complex, now dubbed the Cold War tunnel, is part of a vast and costly Interior ruangan bawah tanah. (AFP/GENT SHKULLAKU)

"Terowongan itu memiliki semua sumber daya untuk bertahan di sana tidak hanya untuk beberapa jam tetapi untuk berhari-hari dan berminggu-minggu," kata Imeri.

Dia termasuk di antara mereka yang mengambil bagian dalam latihan militer yang rumit yang diadakan di dalam terowongan untuk mempersiapkan perang.

Penduduk setempat juga dipanggil untuk berpartisipasi, termasuk Engjell Serjani (60) seorang jurnalis radio yang ingat harus "meliput" konflik yang dibuat-buat pada pertengahan 1980-an sebagai bagian dari latihan.

"Kami sebenarnya harus mendapatkan informasi tentang serangan, kematian, kerusakan di garis depan dan menyiapkan program khusus," katanya kepada AFP.

Dari bungker hingga kafe kekinian

Setelah jatuhnya komunisme pada tahun 1990, sebagian besar bungker Albania ditinggalkan, sementara beberapa situs yang lebih besar menjadi korban para penjarah.

Dalam beberapa tahun terakhir beberapa bungker telah diubah menjadi kafe kekinian, gudang, atau perumahan untuk para tunawisma.

Situs di Gjirokastra sekarang menjadi salah satu tempat wisata utama "kota batu".

Pariwisata telah berkembang dengan mantap sejak Albania, yang begitu lama terputus dari dunia, terbuka bagi pengunjung yang tertarik pada wisata pantai, pegunungan, masakan, dan sejarahnya yang unik.

Tapi tahun ini kedatangan turis turun drastis karena pandemi, yang bisa merugikan 1 miliar euro.

Kementerian pariwisata melaporkan penurunan 64 persen dari Januari hingga Juli, dengan 1.690.000 lebih sedikit pengunjung asing dibandingkan tahun 2019.

Kota Gjirokstra melihat 22 ribu kedatangan turis hingga akhir Agustus dibandingkan dengan 120 ribu kedatangan pada tahun lalu.

Kelompok kecil turis yang berkeliaran di gang-gang di sana "memberikan secercah harapan", kata Maksim Hoxha, presiden kamar dagang kota itu, menegaskan.

"Gjirokastra selalu menawarkan sesuatu".

(afp/ard)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER