HARI KESEHATAN MENSTRUASI

Pembalut Kain, Solusi Ramah Lingkungan saat Menstruasi

CNN Indonesia
Jumat, 28 Mei 2021 06:46 WIB
Pembalut sekali pakai ternyata berkontribusi merusak lingkungan. Sebagai alternatif banyak yang beralih ke menstrual cup dan pembalut kain.
Pembalut sekali pakai ternyata berkontribusi merusak lingkungan. Sebagai alternatif banyak yang beralih ke menstrual cup dan pembalut kain. (Istockphoto/iiievgeniy)
Jakarta, CNN Indonesia --

Semakin tingginya perhatian masyarakat pada lingkungan membuat banyak wanita yang mulai meninggalkan pembalut sekali pakai saat sedang menstruasi.

Pasalnya meski praktis, pembalut sekali pakai ternyata berkontribusi merusak lingkungan.

Bagaimana tidak, setiap perempuan yang menstruasi bisa mengganti pembalut sebanyak 3-5 kali setiap hari.Ribuan ton limbah pembalut sekali pakai dihasilkan di seluruh dunia setiap bulannya. Data Sustaination bahkan mengatakan sampah pembalut di Indonesia ternyata bisa mencapai 26 ton setiap harinya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pembalut sekali pakai menggunakan bahan plastik yang diproduksi secara industrial. Hal itu menyebabkannya sulit terurai. Medium menyebut dibutuhkan waktu sekitar 500-800 tahun agar pembalut sekali pakai dapat terurai habis.Hal inilah yang menyebabkan pencemaran lingkungan.

Polusi akibat limbah pembalut sekali pakai berdampak pada tanah. Zat kimia beracun bisa mencemari tanah dan membuatnya tak subur. Alhasil, tanaman jadi tak bisa tumbuh dengan baik. Bahan kimia dari limbah pembalut sekali pakai juga bisa mempengaruhi kualitas air tanah.

Alhasil, banyak orang mencari cara untuk mengurangi limbah pembalut ini. Salah satunya adalah dengan beralih ke alternatif lain seperti menstrual cup dan juga pembalut kain.

Namun penggunaan menstrual cup masih menakutkan buat banyak perempuan. Selain itu, nilai budaya yang tabu soal menstrual cup juga jadi pertimbangan tersendiri.

Keraguan wanita menggunakan menstrual cup terbilang wajar lantaran cara pemakaiannya yang bertolak belakang dengan nilai budaya yang ditanamkan di Indonesia. Apalagi, pembicaraan soal kesehatan seksual masih sangat tabu. Tak sedikit orang tua yang mau membicarakan perkara tersebut pada buah hati.

"Ada nilai yang ditanamkan pada kita, perempuan, kalau kita enggak boleh masukin apa pun ke organ intim," ujar ahli kandungan Riyana Kadarsari, beberapa waktu lalu. Nilai budaya itulah, yang menurutnya, membuat menstrual cup belum diterima betul oleh wanita Indonesia.

Terlebih saat penggunaan menstrual cup dihubungkan dengan ihwal keperawanan. Mereka yang belum menikah, kata Riyana, mungkin akan berpikir dua kali untuk mencoba menggunakannya.

Padahal, lanjut Riyana, menstrual cup tidak akan mencederai selaput dara wanita. Posisi di mana cawan menstruasi itu dimasukkan, berada jauh dari mulut rahim sehingga selaput dara tetap aman.

Pembalut kain jadi pilihan

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER