Jakarta, CNN Indonesia --
DKI Jakarta memang tak sebatas Jakarta Selatan. Tapi, Jakarta Selatan bisa dibilang destinasi utama untuk menghibur diri para penghuninya, terutama yang mendambakan suasana kekinian.
Jakarta Selatan dibangun menyerupai kota taman. Rencana itu telah dicanangkan sejak Indonesia merdeka. Tak heran ada lebih banyak taman di sini - meski kenyamanannya masih jauh dari ekspektasi.
Hawa kreatif juga sangat terasa di sini. Rasanya, setiap hari ada saja toko atau tempat makan lokal yang baru dibuka, mulai dari Senopati sampai Tebet. Tapi tidak sedikit juga yang sudah legendaris yang bertahan dari gempuran zaman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aktivitas kongko di Jakarta Selatan, yang sebelum pandemi virus Corona melanda mulai bergeliat sejak matahari terbenam hingga menjelang matahari terbit, juga melahirkan ungkapan baru: Anak Jaksel.
Dalam rangka ulang tahun Kota Jakarta yang ke-494, CNNIndonesia.com berkesempatan untuk berbincang seputar 'Jaksel' dengan beberapa publik figur yang tenar dengan prestasi hingga banyolannya di kalangan anak muda.
Ada musisi Kallula, penyiar podcast BKR - Ryo Wicaksono dan Bobby Mandela, serta penyiar podcast Rapot sekaligus aktor Reza Chandika.
Jadi, apa kata mereka soal Jaksel?
Jakarta Selatan. Apa kesan pertama saat mendengar nama itu?
Kallula: Sounds like home, karena mungkin memang aku tinggal di sini my whole life jadi udah comfort zone aja sih.
Reza: Melting pot. Jadi banyak orang yang hadir, bahkan yang bukan dari Jakarta Selatan. Mereka menimba ilmu atau kerja di area Jakarta Selatan. Kita bisa bertemu banyak orang dari latar belakang yang beda.
Bobby: Pergaulan. Gua tuh juga dari kecil sampe gede berada di Jakarta Selatan dan gua terbiasa dengan daerah Jakarta Selatan juga. Pergaulan di Jakarta Selatan itu bisa dibilang kayak culture banget deh.
Ryo: Jakarta Selatan adalah daerah yang familiar kali ya. Karena gue dari kecil, dari lahir udah tinggalnya di Jakarta Selatan. Sekolah di Jakarta Selatan.
Tempat sarapan favorit di Jakarta Selatan?
Kallula: If I'm feeling fancy would go to Le Quartier for brunch or bubur ayam di depan fitness Ade Rai.
Reza: Kalau ngomongin sarapan, enggak ada yang menggambarkan sarapan selain Ketoprak Yono. Jadi adanya di Karang Tengah.
Bobby: Tempat sarapan favorit ye, kayaknya gak ada deh. Mungkin dulu gua suka Bakmi Nana sih.
Ryo: Kalau sarapan di Jakarta Selatan, hmm apa ya?
 Kallula. (Tangkapan Layar Instagram/@kallula) |
Tempat makan siang favorit di Jakarta Selatan?
Kallula: Tamba Restaurant di Melawai karena mereka ada lunch set yang enak terus harganya oke banget.
Reza: Ini berdasarkan pengalaman gue waktu SMA. Kalau lu tanya gue waktu SMA makan siang waktu favorit di mana? Ayam Ose. Itu tempatnya di Blek. Ini kalau anak Al-Azhar tau banget Ayam Ose ini. Ya sebenarnya kayak pecel ayam lainnya. Emang rasanya juga enak. Apalagi pakai kol goreng, pakai tahu, pakai tempe. Nasinya ditaburin garam dikit gitu. Dicampur pakai es teh manis.
Bobby: Kalau makan siang gua masih suka Soto Jakarta Bang Madun ya di Barito. Dari gua kecil gua makan di situ.
Ryo: Kalau di daerah Selatan yang tempat atau daerah makannya banyak pilihan kanan kiri juga ada, Cipete kali ya.
Tempat makan malam favorit di Jakarta Selatan?
Kallula: Banyak sih tapi paling sering order sate padang Ajo Ramon, or Korean BBQ Chung Gi Wa. Again, if I'm feeling fancy, a great steakhouse like Ruth Chris is always a great option.
Reza: Kalau malem udah gak ada lagi selain Daitokyo Sakaba. Alasannya apa ya? Gue saking sukanya sampe hafal apa aja yang gue pesen. Tanpa lihat menu. Gue sering banget ke sana ya.
Bobby: Deretan Melawai situ, di depannya Barito itu ada namanya Gulai Pakde. Itu menurut gua tempat nongkrong dan makan yang asik, dan cukup murah. Selain itu gua suka ke sop kaki kambing Estu Rame, di Tebet. Menurut gua ini adalah salah satu sate kambing terbaik yang dipunyain Jakarta.
Ryo: Little Tokyo lumayan sering sih. Karena pilihan restorannya banyak.
 Ryo Wicaksono. (Dok. Rigel Haryanto) |
Tempat hiburan malam favorit di Jakarta Selatan?
Kallula: Hmm, udah lama banget enggak ke tempat hiburan malam semenjak Covid-19, tapi sebelum pandemi sering ke Zodiac, Koda.
Reza: Duck Down. Gak usah ditanya. Gue selalu mendapatkan experience yang seru di Duck Down dan ingar-bingarnya. Duck Down adalah salah satu tempat hiburan malam favorit di Jakarta Selatan.
Bobby: Duck Down. Sampe malam, pagi, gua di Duck Down.
Ryo: Duck Down kali ya... Secara lagu-lagu yang paling nyambung, yang paling nyaman gitu. Terus itu tempat yang nggak ada kepura-puraan gitu. Orang kayaknya di sana cukup santai.
Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...
Pasar favorit di Jakarta Selatan?
Kallula: I don't think I have any selain Pasar Santa haha...
Reza: Nah. Sebenarnya gue juga enggak ke pasar sih. Kalau lu tanya pasar yang Jakarta Selatan banget apa menurut gue salah satunya Pasar Santa.
Bobby: Pasar favorit gua Mayestik sih. Gua lebih suka Mayestik yang dulu, sebelum dipugar. Karena pas udah dipugar sekarang emang jadi bagus, cuman karena gua dari kecil suka nemenin nyokap gua belanja, gua tuh hafal banget rute yang dulu. Mau nyari apapun, dari sayur, daging, apapun gua hafal banget.
Ryo: Pasar Santa kali ya. Karena itu menjadi tempat yang naik banget.
Taman favorit di Jakarta Selatan?
Kallula: GBK aja sih buat lari, jarang banget ke taman.
Reza: Nggak ada. Karena gue nggak pernah ke taman.
Bobby: Gua jarang ke taman. Tapi dulu gua lumayan sering ke Taman Barito sih. Apalagi pas udah dipugar gitu, lumayan oke sih.
Ryo: Taman di Senayan yang sampingnya Plataran kali ya. Cukup enak.
Hidden gem di Jakarta Selatan yang Anda tahu tapi belum banyak diketahui orang?
Kallula: Maybe, Rescue Room, D'Classic, and Pelaspas.
Reza: Sorry banget rahasia. Karena namanya juga hidden gem.
Bobby: Kalau dulu sih gua sukanya ke Labodega di Terogong. Sebelum mereka renovasi. Cuma setelah mereka memugar tempatnya, jadi kayak modern gitu sekarang, gua jarang ke sana.
Ryo: Wasabi di komplek Little Tokyo juga enak. Tempatnya juga gak rame. Itu lumayan hidden gem sih menurut gue.
 Reza Chandika. (Dok. Nicole Patricia) |
Punya memori paling terkenang selama kongko di Jakarta Selatan?
Kallula: Banyak banget, but maybe dulu waktu kecil pas jamannya bowling dan palem di Plaza Senayan, kayaknya udah gaul banget kalau malem minggu udah ke sana haha...
Reza: Semua orang tahu bahwa dari 2010 gue tuh sama teman-teman gue sempat nongkrong di That's Life Coffee. Itu tempatnya ada di Gunawarman. Nah, di That's Life Coffee tuh, wah, menurut gue salah satu bangunan yang tahu banget apa yang gue alami di hidup gue selama 11 tahun ini. Dari gue skripsi, dari gue kepikiran punya brand, dari tempat curhat, semuanya deh.
Bobby: Rata-rata gua gak ingat sih kalau kayak gitu. Karena terlalu nikmati suasana.
Ryo: Parc. Kalo misalnya familiar sama acara Mayhem sekarang, dulu awalnya dari situ. Karena tiap hari Senin nama acaranya Monday Mayhem. Hari Kamis tuh namanya Thursday Riot. Yang main misalnya Seringai, panggung awal-awal mereka di situ. White Shoes sering di situ. Goodnight Electric, band-band indie sebelum jadi besar.
 Bobby Mandela. (Dok. Rigel Haryanto) |
Jika punya uang tak berbatas, pilih bikin bisnis atau bangun rumah di Jakarta Selatan?
Kallula: Both haha... kan udah unlimited. Oke, tapi kalau milih ya jelas rumah, karena memang lokasinya enak buat mobilisasi, deket ke mana-mana dan cenderung lebih aman dan nyaman buat gue dibanding daerah lain di Jakarta. Maybe because I'm familiar with it. Dan, by the way, bisnis gue kan nyanyi yah, jadi mobile haha...
Reza: Kalau dikasih kesempatan sih, Jakarta Selatan kita buat bisnis aja. Dibanding rumah ya. Pengen juga sih tinggal di rumah yang dulu gue tinggalin di Ciputat.
Bobby: Kayaknya gua bikin bisnis aja deh. Kalau rumah gua kayaknya pengen bikin di pinggiran Jakarta yang masih agak kosong. Bisnis bar gitu misalnya di Jakarta Selatan.
Menurut Anda, tipe orang yang "Jakarta Selatan" banget itu kayak apa?
Kallula: Hmm apa yah? Kurang paham juga sih, paling keliatan sih dari cara pakaiannya atau cara ngomong juga, you kinda get the vibe.
Reza: Sebenarnya gak cuman Jaksel aja. Jakarta as a whole city. Berjuang, menurut gue itu sama-sama kita lakukan di Jakarta Selatan. Jadi bukan orang Jakarta Selatan ya. Even orang yang tinggal di luar terus berjuang sama-sama di Jakarta Selatan.
Bobby: Sama aja sih. Kayaknya gak mesti ada yang harus dikotak-kotakkan kalau masalah kayak gitu.
Ryo: Jakarta Selatan cukup love and hate gitu sih. Dalam artian banyak yang gue suka. Gue akan buka bisnis di Jakarta Selatan, tapi long-term gak mau tinggal di Jakarta Selatan.
Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...
"Bahasa Jaksel" alias bahasa Indonesia yang dicampur bahasa Inggris dalam pergaulan "ala anak Jakarta Selatan". Adakah yang salah dengan tren itu?
Kallula: Enggak ada yang salah sih dengan tata cara berbahasa atau komunikasi orang, kalau memang nyaman dengan cara seperti itu dan pesan yang ingin disampaikan juga lebih baik, then why not? Look I'm doing it as well.
Reza: Gak ada sih menurut gue. Itu pilihan aja, yang gak semuanya mesti nurut sama kita. Yang penting gak ngerugiin orang lain.
Bobby: Menurut gua gak ada yang salah sih ya. Karena mungkin di lingkungannya terbiasa dengan kayak gitu dan kebawa jadinya. Kan tiap lingkungan ada kayak gaya bahasa sendiri.
Ryo: Kalau menurut gue pribadi, orang yang pakai bahasa Inggris dicampur-campur pengen kelihatan didengar atau lebih pinter aja.
Tips "survive" saat bergaul di Jakarta Selatan?
Kallula: Just be a good person be genuine, I think you'll fit in just fine anywhere in this world, not only Jaksel.
Reza: Gampang banget: be you. Lu bisa dapat banyak contoh dari sisi baiknya dan buruknya orang-orang yang lu temuin di sini. Sisi baiknya lu tangkap, untuk self-improvement. Kayaknya emang lebih enak kalo dikenal sebagai diri lu sendiri. Gitu.
Bobby: Jangan rese aja sih. Selama lu gak rese gak kenapa-kenapa sih.
Ryo: Harus smart. Pinternya bukan akademis doang. Pinter ngebawa diri ke lingkungan, adaptif orangnya, orangnya harus easy going. Gak kaku banget, tapi gak juga terlalu santai. Harus tahu gimana caranya kerja dan gimana caranya main.
Apa yang harus dikembangkan atau dibangun di Jakarta Selatan?
Kallula: Banyak banget sih, lebih ke arah buat Jakarta in general.. More parks please, less mall. And more public library and transportation. Negara kita masih banyak banget PR-nya.. Dan rakyatnya harus belajar cinta sama kotanya biar kotanya cantik, bersih dan berkembang!
Reza: Gampang banget: taman. Karena gak ada taman yang gue suka. Gue juga gak kepikiran ke taman. Harus banyak taman yang bagus dan gak gersang ya. Jadi bukan "nih gue kasih taman" yaudah taman aja. Harusnya bisa bangun taman yang kayak di New York, Central Park. Jadi orang tuh gak juga berpikir "duh gue mau ngapain ya" terus ujung-ujungnya ke mal.
Bobby: Traffic-nya harus dibenerin deh. Soalnya ada beberapa jalan di Jakarta Selatan yang menurut gua udah ruwet banget.
Ryo: Kalau bisa trotoarnya rata. Tapi harus di seluruh Jakarta, gak cuman Selatan doang. Karena sekarang banyak orang yang lebih sadar lagi untuk olahraga.
Jika pandemi virus Corona sudah berakhir dan bisa kongko lagi dari pagi sampai malam, apa tempat di Jakarta Selatan yang bakal didatangi?
Kallula: Kayaknya udah lumayan kenyang main, sekarang lagi fokus bangun rumah haha... Tapi kalau kangen pergi, I would wanna go to a music concert! Or just maybe open a bottle of wine in a jazz bar.
Reza: Konser. Apapun yang gue suka. Karena gue kangen banget nonton konser.
Bobby: Duck Down. Karena tempat nongkrong gua sebelum pandemi. Itu tempat favorit gua sebelum pandemi, ampe malam.
Ryo: Duck Down karaokean, sumpek-sumpekan, tanpa ada keparnoan.