-- Indonesia tinggal menyisakan tiga wakil--yang seluruhnya dari nomor ganda -- di babak semifinal BCA Indonesia Terbuka 2015.
Tiga wakil yang tersisa adalah para wakil yang selama ini selalu menjadi andalan untuk meraih titel juara di berbagai kejuaraan. Mereka adalah Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari, dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.
Dengan tiga wakil yang tersisa di babak empat besar, pendukung Indonesia pastinya berharap mereka semua bisa mulus melanjutkan langkah menuju partai puncak.
Tiga wakil yang ada bakal menghadapi pemain-pemain dari China.
Secara umum peluang Indonesia di babak semifinal ini bisa dikatakan 50-50. Tiga wakil Indonesia bisa sama-sama melaju ke final atau Indonesia pun bisa tanpa wakil di babak final.
Lalu bagaimana peluang tiga wakil tersebut? Gambarannya ada di laman selanjutnya:
Ahsan/Hendra sudah memiliki banyak pengalaman dalam duel menghadapi Fu Haifeng/Zhang Nan. Tercatat lima pertemuan sudah terjadi antara dua pasangan tersebut. Ahsan/Hendra hanya mampu menjadi pemenang di dua pertemuan.
Dalam dua duel pasangan ganda tersebut di tahun 2015, Ahsan/Hendra selalu jadi pihak yang menelan kekalahan. Fu Haifeng/Zhang Nan pula yang memupuskan ambisi Ahsan/Hendra mempertahankan gelar All England di tahun ini.
Secara umum, Fu Haifeng/Zhang Nan adalah ganda percobaan tim China yang menuai hasi positif. Fu Haifeng yang dianggap telah melewati masa emas ternyata masih bisa bersinar setelah dipadukan dengan Zhang Nan yang sebelumnya lebih sering bermain di nomor ganda campuran.
Pertandingan ketat, akan menjadi jalannya pertarungan dua ganda tersebut. Ahsan/Hendra harus bisa menampilkan defense yang solid sehingga tak mudah ditembus oleh serangan Fu Haifeng/Zhang Nan.
Zhang Nan/Fu Haifeng sepertinya selalu tampil tanpa tekanan yang besar. Itulah yang akan menjadi keunggulan mereka dibandingkan Ahsan/Hendra. Bermain di hadapan suporter Indonesia, Ahsan/Hendra turun ke lapangan dengan beban besar untuk bisa terus melanjutkan langkah ke partai final.
Seperti yang sudah ditegaskan Hendra sejak awal, mereka harus bisa memegang ritme permainan sejak awal pertandingan dan harus bisa menjaga momentum saat mereka tengah menekan ganda Tiongkok tersebut. Greysia/Nitya lagi-lagi menghadapi ganda-ganda China yang bertukar pasangan. Kali ini yang hadir di hadapan mereka adalah duet Zhong Qianxin/Yu Yang.
Tak pernah bertemu di turnamen-turnamen sebelumnya, Greysia/Nitya harus cepat beradaptasi dengan pola permainan lawan dan menemukan solusi untuk menaklukkannya.
Potensi bahaya duet China ini bisa dilihat dari kemampuan mereka melewati adangan unggulan ketiga Kamilla Rytter Juhl/Christinna Pedersen.
Di sisi lain, Greysia/Nitya sendiri bisa dikatakan tengah dalam performa terbaik mereka jelang babak semifinal ini. Mereka mampu menjejak ke babak semifinal tanpa kehilangan satu angka pun.
Defense yang ditunjukkan Greysia/Nitya terbukti ampuh. Dari keadaan diserang, Greysia/Nitya bisa mengubah alur pertandingan dan melakukan serangan balik.
Hal itulah yang terjadi di pertarungan Greysia/Nitya di babak-babak sebelumnya.
Dukungan penonton di Istora bakal jadi tambahan kekuatan Greysia/Nitya. Walaupun begitu Greysia/Nitya mengaku dukungan suporter Indonesia bisa jadi bumerang yang membuat mereka tampil buruk.
"Kadang dengan dukungan penonton yang menggebu-gebu, kami jadi terlalu agresif melakukan serangan. Padahal semestinya tidak dulu di-smash, malah langsung kami smash. Hal-hal seperti inilah yang harus bisa kami hindari karena kontrol terhadap pertandingan itu penting," ucap Greysia yang diamini Nitya. Zhang Nan/Zhao Yunlei adalah musuh terberat yang sulit ditaklukkan Tontowi/Liliyana dalam kurun waktu satu tahun terakhir.
Dua gelar besar yang ada dalam durasi tersebut, Asian Games dan All England juga lepas dari genggaman Tontowi/Liliyana lantaran kehebatan Zhang Nan/Zhao Yunlei.
Hal yang dapat dicatat dari momen-momen kekalahan tersebut, Tontowi/Liliyana sering menampilkan penurunan performa yang drastis ketika dalam posisi tertinggal. Akibatnya hal itu memudahkan Zhang Nan/Zhao Yunlei menggencarkan tekanan mereka.
Mental Tontowi/Liliyana tidak semestinya cepat jatuh jika mereka tengah dalam keadaan tertinggal karena hal itu hanya membuat Zhang Nan/Zhao Yunlei makin mudah menaklukkan mereka.
Liliyana harus mendului Zhao Yunlei untuk menguasai pertarungan di depan net. Selain itu Tontowi pun harus menekan jumlah kesalahan yang sering ia buat saat menghadapi Zhang Nan/Zhao Yunlei.
Setelah kalah di pertemuan-pertemuan sebelumnya, ini adalah momen terbaik bagi Tontowi/Liliyana untuk menghentikan keganasan Zhang Nan/Zhao Yunlei.
Bila sukses mengalahkan Zhang Nan/Zhao Yunlei, Tontowi/Liliyana bukan hanya mendapatkan tiket babak final. Mereka juga mendapat suntikan motivasi dan kepercayaan diri yang luar biasa jelang Kejuaraan Dunia bulan Juli nanti.
Secara garis besar, kemampuan Tontowi/Liliyana dan Zhang Nan/Zhao Yunlei berada di level yang sama, namun saat ini Zhang Nan/Zhao Yunlei memiliki kepercayaan diri yang lebih besar karena selalu jadi pemenang di empat pertemuan terakhir.