Jakarta, CNN Indonesia --
Selama satu dekade terakhir, perkembangan teknologi dan digital di Indonesia melaju pesat. Pada tahun 2018, di Indonesia sudah tercatat memiliki hampir 1000 startup.
Hingga tahun 2020, jumlah perusahaan teknologi di Indonesia mencapai lebih dari 2000 startup, dengan 4 unicorn dan 1 decacorn. Hampir 70 persen dari startup yang berdiri dibangun oleh founder atau perintis anak muda berusia 25 hingga 38 tahun.
Berangkat dari fakta itu, perkembangan teknologi Indonesia disebut bertumpu penting pada talenta muda tanah air.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain nama besar Nadiem Makariem (pendiri Gojek sekaligus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) dan Ahmad Zaky (pendiri Bukalapak), berikut 7 anak muda yang disebut memiliki potensi untuk mengakselerasi pertumbuhan teknologi di Indonesia:
1. Sofian Hadiwijaya, Berdayakan Warung dan UMKM RI Lewat WarungPintar
Sofian merupakan sosok yang cukup dikenal dalam dunia startup. Co-Founder dan CTO dari startup Warung Pintar ini sedari dulu punya misi untuk memberdayakan warung di Indonesia. Salah satu alasan utamanya adalah Sofian merasakan banyak sekali proses yang tidak efisien ketika membantu berjualan di warung milik ayahnya.
Ia dan co-founder lainnya merasa bahwa tantangan yang dihadapi para pemilik warung dan UMKM ini bisa dimudahkan dengan teknologi. Kuliah di jurusan teknik (elektro, kemudian industri), Sofian belajar coding dengan membantu temannya dari jurusan IT dalam mengerjakan tugas, serta menjadi asisten pengajar.
Berusia 31 tahun, Sofian melalui platform Warung Pintar telah membantu lebih dari 47 ribu warung di Indonesia untuk 'naik level'. Melalui teknologi Warung Pintar, semua proses dimulai dari inventaris, distribusi, transaksi, dan layanan warung menjadi terdigitalisasi.
Pada tahun 2019, Warung Pintar mendapatkan suntikan dana sebesar 387,7 miliar Rupiah dari OVO, SMDV, Vertex, Triputra dan beberapa investor lainnya.
2. Sharlini Eriza Putri, Pendiri Nusantics, Startup Genomics Technology pertama di Indonesia
Wanita berusia 33 tahun ini ternyata telah memegang berbagai peran Teknik industri sejak lulus pada tahun 2009 dengan gelar sarjana teknik kimia dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
Sharlini Eriza Putri mendirikan Nusantics untuk menjual produk perawatan kulit dari bahan alami di tahun 2019. Ia meninggalkan pekerjaan hariannya untuk bekerja penuh waktu di Nusantics sebagai CEO.
Nusantics menghadirkan inovasi dalam produk gaya hidup bernilai tambah seperti perawatan kulit,.
Saat ini produk yang dimiliki Nusantics adalah analisa profil microbiome kulit berbasi genomics technology dan perawatan kulit berupa rangkaian skincare yang alami dan ramah bagi microbiome, baik di kulit manusia maupun di lingkungan.
Baru-baru ini, perusahaan rintisan Putri ini berhasil mengembangkan dua test kit Covid-19 PCR dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dalam mendeteksi virus Corona. Generasi pertama alat uji ini pun telah didistribusikan ke 19 provinsi di tanah air.
Sharlini Eriza Putri juga merupakan peraih 6 Gelar Kehormatan dan Penghargaan yaitu Indonesian Government Scholarship Award, Visiting Lecturer ITB 2013, 1st Winner of NCE Awards 2012, NCE Awards 2011 (1st Winner), BEST Awards Business Excellence through Speed and Teamwork, dan Best Student Awards.
Andhika Putra Sudarman atau kerap dipanggil Andhika Sudarman, kelahiran Tanjung Pinang dengan usia 27 tahun, adalah seorang putra bangsa yang berhasil menjadi orang Indonesia pertama dalam sejarah yang terpilih sebagai pembicara dalam pidato wisuda Harvard Law School.
Andhika seorang pemuda yang menjadi satu-satunya lulusan dari Indonesia tahun ini di almamater mantan presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Sekarang, Andhika Sudarman aktif dalam pengembangan startup miliknya, Sejutacita.id, pada tahun 2020.
Seiring dengan prestasinya, Sejutacita.id merupakan platform untuk menyediakan pendidikan inklusif, wadah untuk terinspirasi dan menginspirasi, dan juga mengintegrasikan layanan pendidikan lainnya yang masih sporadis.
Untuk kedepannya, Andhika berharap Sejutacita.id dapat menginspirasi generasi muda bahwa pendidikan bisa mengubah mimpi, menjadi pijakan paling kokoh untuk meniti tangga-tangga mimpi, dan sarana untuk bermetamorfosa menjadi versi terbaik diri.
4. Farid Naufal Aslam, Bantu 15.000 Mitra Nelayan di Seluruh Indonesia
Farid Naufal Aslam dengan usia 26 tahun saat ini telah menjabat sebagai CEO & Co-Founder Aruna (aruna.id). Berawal dari memenangkan kompetisi ide bisnis saat menjalani semester-semester terakhir di Telkom University, Farid dan kedua pendiri Aruna lainnya, Indraka dan Utari, telah menuturkan biaya awalnya dari biaya sendiri.
Saat ini, mereka sudah mendapatkan dana dari beberapa investor untuk mematangkan business plan Aruna. Aruna menjadikan laut sebagai mata pencaharian yang lebih baik bagi semua, dengan memberdayakan nelayan lokal melalui platform yang memfasilitasi perdagangan yang adil dengan pelanggan mereka.
Saat ini, Aruna telah beroperasi di seluruh Indonesia, dari Sumatera hingga Papua, dengan memberdayakan lebih dari 15.000+ mitra nelayan di 31 titik dan membuka lebih banyak lapangan kerja di desa pesisir.
Hasil dari Aruna telah mendorong Farid untuk menjadi salah satu dari Forbes 30 under 30 Asia Class of 2020, bersama dengan Indraka dan Utari sebagai pendiri Aruna.
5. Alamanda Shantika Santoso, Buat Sekolah Coding Suburkan Teknisi Teknologi RI
Alamanda Shantika merupakan seorang Founder dan Presiden Direktur Binar Academy. Perempuan berusia 32 tahun ini merupakan mantan Vice President of Product di Go-Jek, sebelum ia merintis sekolah coding Binar Academy dengan konsep akademi tempat anak-anak bisa belajar tentang coding secara gratis.
Wanita lulusan Binus ini sudah memakai teknik coding sejak usianya 14 tahun. Pada saat itu, Ia sering membuat situs blog miliknya menggunakan teknik coding, dimana hal tersebut digunakan untuk bisa menampilkan warna dan bentuk di blog-nya.
Kepindahan dari Go-Jek telah mendorong Alamanda untuk mewujudkan salah satu mimpinya, yaitu berharap Indonesia untuk go-digital.
Binar Academy adalah sebuah platform yang memfasilitasi perkembangan teknisi teknologi masa depan Indonesia melalui sekolah koding gratis untuk meningkatkan perkembangan programmer di Indonesia.
Setahun beroperasi, Binar Academy telah meluluskan 400 murid, dimana sekitar 70 orang saat ini bekerja di korporasi dan startup yang bekerja sama dengan Binar Academy.
Selain itu, Alamanda juga menganjurkan perempuan untuk meningkatkan kepercayaan diri mereka bila tertarik untuk mulai karir di bidang teknologi, meskipun Ia menyadari adanya isu bias gender dalam pengerjaannya.
Melalui Aplikasi Chat ALIA Nadia Amalia yang merupakan lulusan finance dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) adalah CEO dan Co-Founder Chat Alia.
Selama studinya, wanita berumur 25 tahun ini menemukan sebanyak 60 persen orang Indonesia masih awam dalam mengatur keuangan pribadi mereka, terutama para Milenial Indonesia yang rata-rata melakukan overspend hingga 20 persen.
Pada tahun lalu, Nadia dan timnya menyadari betapa pentingnya masalah tersebut untuk diselesaikan. Hal ini mendukung Nadia Amalia untuk meluncurkan aplikasi Chat Alia di tahun 2021 ini, yang bertujuan untuk menyediakan platform manajemen keuangan pribadi pertama dengan menggunakan Artificial Intelligence.
Chat Alia menyediakan pelacakan anggaran otomatis dan rekomendasi keuangan yang dipersonalisasi berdasarkan data untuk membantu Milenial dan Gen Z mencapai tujuan keuangan mereka.
7. Adi Arriansyah, Bantu Startup RI Buat Platform Digital
Adi Arriansyah adalah seorang pengusaha teknologi asal Indonesia. Pemuda kelahiran kabupaten Semarang berusia 30 tahun ini adalah seorang pendiri dan Chief Executive Officer PT. Sagara Asia Teknologi.
Seperti diketahui, Adi Arriansyah mendirikan Sagara Technology pada bulan November 2014. Ia menyatakan bahwa perusahaan tersebut awalnya dibentuk sebagai kontribusi untuk tanah air dibidang teknologi.
Berawal dari sering mengerjakan proyek pembuatan software yang diberikan dosen saat kuliah di Telkom University, Adi Arriansyah pun akhirnya memutuskan untuk mendirikan Sagara Technology pada bulan November 2014.
Dalam perjalanan karirnya, Adi telah membantu ratusan klien dari berbagai korporasi dan startup yang berkontribusi cukup kuat di industri pengembangan teknologi Indonesia.
Adi melayani berbagai proyek software mulai dari bank ke korporasi besar, startup ke UMKM, dan dari fintech sampai ke marketplace. Adi juga merupakan lulusan dari program pelatihan entrepreneur Founder Institute. Ia juga menempuh pendidikan Executive Education di Harvard Business School tahun 2020.
8. Ryan Gondokusumo, Bantu Desainer Grafis Bertemu Konsumen
Ryan Gondokusumo merupakan sosok dibalik Sribu.com dan Sribulancer. Sejauh ini ia sudah memiliki tiga startup yaitu Sribu.com, Sribulancer. Com, dan Halo Diana.
Lahir ahir di Jakarta pada tanggal 16 Januari 1985, Ryan menyelesaikan kuliahnya di Universitas Purdue, Indiana, Amerika Serikat. Langkah awal memasuki dunia kerja di Jakarta, Ryan bergabung dengan sebuah perusahaan teknologi informasi. Hanya bertahan satu tahun, kemudian dia pindah ke sebuah perusahaan travel.
Di sana dia mengetahui bahwa perusahaan di mana dia bekerja membutuhkan banyak sekali kebutuhan akan desain grafis. Entah untuk logo, brosur, kalender, banner, dan lain sebagainya.
Kesulitan penyediaan barang-barang tersebut oleh desainer grafis yang dimiliki perusahaan sendiri, membuat Ryan berpikir untuk mendirikan sebuah perusahaan yang dapat membantu menyediakan jasa desain bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Sampai saat ini Sribu.com telah menjadi naungan dari 40.000 desainer dan 1.500 klien. Sementara portofolio yang dikumpulkan di Sribu.com mencapai 40.000 portofolio.