Saat belum banyak sutradara mengambil latar atau tema pesantren untuk dimasukkan dalam film, Hanung sudah mengambil langkah itu. Tahun 2009, ia membuat film
Perempuan Berkalung Sorban yang berkisah soal anak kiai terpandang yang menikah dengan putra kiai dari pesantren tetangga.
Pernikahan itu membawa petaka. Sang putra kiai, yang diperankan Reza Rahadian, ternyata bersikap kasar terhadap istrinya, yang dimainkan oleh Revalina S. Temat. Ia juga digambarkan suka mabuk-mabukan serta main perempuan. Hanung bahkan telah berani memunculkan isu poligami dalam film itu.
Ia pun langsung diprotes. Penyunting novel berjudul serupa, Hindun Anisah merasa Hanung gagal menyampaikan konten substansial dari novelnya. Hanung justru menonjolkan kekerasan dalam rumah tangga. Sebetulnya, kata Hindun yang dikutip situs resmi NU, novel
Perempuan Berkalung Sorban menonjolkan pergulatan wacana tentang teks agama Islam, yang berkaitan dengan hubungan lelaki dan perempuan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukan hanya soal itu, film Hanung juga dianggap memojokkan dunia pesantren lantaran menggambarkan pendidikan itu sebagai lembaga yang kolot, antiperubahan, dan tertutup. PBNU sendiri sampai menyatakan keprihatinan atas film
Perempuan Berkalung Sorban.
"Pesantren dalam film tersebut digambarkan sangat tidak sesuai dengan realitas, sebagai institusi pendidikan agama yang kolot, anti perubahan dan tertutup," kata Sekjen PBNU Endang Turmudi yang dikutip situs resminya.
Ia mengaku kecewa, karena sekalinya pesantren dimunculkan dalam film, citranya justru negatif. Meski protes dilayangkan, film tetap ditayangkan dan banyak yang menonton.