Jakarta, CNN Indonesia --
Psikolog Forensik Kriminal Reza Indragiri Amriel berpendapat sangat mungkin Angeline dibunuh di belakang rumahnya sendiri dan tidak ada satupun penghuni rumah tersebut yang mengetahuinya. Ia mengatakan sudah ada banyak kasus serupa yang pernah terjadi di Indonesia.
"Sungguh masuk akal ada satu pembunuhan keji disertai kekerasan seksual dilakukan di rumah yang banyak penghuninya, tetapi tidak satu pun yang tahu," kata Reza saat diskusi "Angeline Wajah Kita" di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (13/6). (Baca juga: Ibu Angkat Angeline Suruh Agus Gali Lubang Dekat Kandang Ayam)
Reza mencontohkan kasus Ryan di Jombang yang membantai sekian orang dan dikubur di belakang rumahnya namun tidak seorang pun yang tahu. Bila mau diteliti, kata Reza, kasus-kasus pembunuhan yang dianggap "tidak wajar" oleh masyarakat umum sebenarnya sudah banyak terjadi.
"Tahun '80-an, ada kasus pembunuhan seorang guru taman kanak-kanak di sekitar Jalan Percetakan Negara. Ibu itu dibunuh dan dimutilasi, kemudian dikubur persis di bawah kasurnya. Pelaku adalah suaminya sendiri," kata Reza menjelaskan. (Baca juga: Penilaian Margriet Seorang Psikopat Malah Merugikan Korban)
Karenanya, ia berpendapat bukanlah hal yang aneh bila Angeline dibunuh di rumahnya sendiri namun tidak ada satupun penghuni di rumah itu yang mengetahuinya. "Secara psikologi, itu wajar," katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Reza, yang selama ini mendampingi Margriet Megawe, ibu angkat Angeline, meyakini hanya ada satu tersangka. "Menurut nalar saya, tersangka cuma satu," katanya. Ia pun mengkritik tuduhan dan penghakiman dari masyarakat terhadap Margriet.
Sejauh pengamatan Reza, ia tidak menemukan adanya motif ingin menguasai warisan dalam kasus pembunuhan gadis cilik berusia delapan tahun tersebut. Pasalnya, Angeline belum punya daya menuntut haknya.
Selain itu, penuhnya luka lebam di tubuh Angeline juga dianggap tidak sesuai dengan motif tersebut. "Kalau memang tujuannya mau menghilangkan nyawa Angeline karena mau harta, buat apa pakai disiksa dulu? Itu tidak efisien," ujarnya. (Baca juga: Polisi Dalami Psikis Ibu Angkat Angeline)
Terkait keterangan pihak sekolah yang menyatakan Angeline terlihat kuyu dan menimbulkan bau tidak sedap di sekolah, Reza mengatakan belum tentu itu masuk dalam kategori penelantaran anak. "Kita harus cek dulu apakah situasi itu setiap hari atau insidental," katanya.
Di sisi lain, Sekretaris Jenderal Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Erlinda meminta agar Polda Bali benar-benar mendalami kasus ini secara lebih teliti dan memperhatikan berbagai aspek. "Mungkin saja orangtuanya sayang tetapi caranya kurang bagus. Ada fakta bahwa proses adopsinya hanya sampai tahap notaris," katanya. (Baca juga: Kekerasan pada Anak Terus Terjadi karena Pembiaran)
Meski begitu, ia turut mengimbau agar masyarakat tidak perlu menghakimi keluarga angkat Angeline. "Berikan waktu kepada Polda Bali untuk dalami kasus ini satu per satu," katanya.
Setelah hampir sebulan menghilang, Angeline ditemukan tak bernyawa dengan tanda-tanda penganiayaan di tubuhnya. Dia ditemukan terkubur di halaman rumahnya, pada Rabu (10/6).
Kepolisian telah menahan tersangka Agus terkait kasus ini. Agus bahkan mengaku pernah memperkosa Angeline. Sanksi terberat yang dapat ditimpakan padanya ialah hukuman mati. (Baca juga: Orang Tua Kandung dan Angkat Angeline Bisa Dikenai Pidana)
Seperti diberitakan sebelumnya, Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Inspektur Jenderal Anton Charliyan, menyatakan, Polri sedang mendalami kemungkinan penelantaran yang dilakukan oleh keluarga Angkat Angeline. Dia pun mengatakan, Margriet bisa saja ditetapkan sebagai tersangka, jika terbukti melakukan pelanggaran hukum.