-- Kisruh internal Partai Golkar memunculkan dua tokoh yang cukup menonjol di masing-masing kelompok bertikai: Bambang Soesatyo di kubu Aburizal Bakrie (Ical), dan Yorrys Raweyai di kubu Agung Laksono. Keduanya kerap berbalas caci-maki hingga terkesan menjadi perkelahian personal ketimbang urusan Golkar.
Ribut-ribut dua tokoh itu misalnya terjadi saat perebutan Sekretariat Fraksi Golkar di Gedung Nusantara I DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (30/3). Saat itu Bamsoet –sapaan Bambang Soesatyo– dan Yorrys bisa dibilang saling berhadapan secara tak langsung.
Bamsoet berada di dalam ruang rapat Fraksi Golkar ketika Yorrys tiba di lobi Fraksi Golkar dan mencoba masuk ke dalam Sekretariat Fraksi. Yorrys ngotot mencoba membuka pintu menuju Sekretariat yang dikunci, diproteksi
, dan dijaga belasan petugas keamanan. Dengan nada tinggi, ia bertanya kepada petugas kenapa pintu menuju Fraksi dipalang.
Sementara di dalam Sekretariat, Bamsoet duduk manis dan berkeras tak membukakan pintu. “Kami enggak undang mereka. Jadi kami enggak buka pintu,” kata dia.
Bamsoet bahkan menelepon Wakapolri Komisaris Jenderal Badrodin Haiti untuk minta bantuan mengusir Yorrys, tindakan yang langsung menuai ejekan dari Yorrys.
Beberapa jam sebelum drama perebutan Sekretariat Fraksi Golkar itu, Yorrys yang menjabat Wakil Ketua Umum Golkar hasil Munas Ancol mengancam untuk memecat Bamsoet karena telah merobek-robek surat yang dikirim Ketua Fraksi Golkar kubu Agung, Agus Gumiwang Kartasasmita, kepada dia. Surat itu berisi permintaan agar Bamsoet meninggalkan Sekretariat Fraksi yang bakal digunakan oleh Agus Gumiwang.
“Saya marah! Sikap dan perkataan Bambang Soesatyo sudah tidak mencerminkan dia sebagai kader Golkar. Itu menunjukkan keangkuhan. Kasar. Dia menyebut kami post-power syndrome. Padahal merekalah yang kena post-power syndrome,” ujar Yorrys.
“Bambang Soesatyo boleh tak suka, tapi tak boleh merobek surat. Itu sah dan berlambang Golkar,” ujar Yorrys setengah berteriak. Menurutnya, Bamsoet sudah kelewatan karena mengirim robekan-robekan surat itu ke Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar di Slipi, Jakarta Barat.
“Bamsoet akan saya beri sanksi, akan saya pecat dari Golkar,” kata Yorrys, geram.
Menanggapi ancaman itu, Bamsoet tenang saja. Ia merasa punya hak untuk merobek-robek surat yang diributkan itu karena menganggap surat itu palsu. Menurutnya, Sekretariat Fraksi Golkar tak pernah mengeluarkan surat tersebut. Bamsoet bahkan melaporkan Agus Gumiwang ke Badan Reserse Kriminal Polri dengan tudingan pemalsuan kop surat dan stempel Fraksi Golkar.
Bamsoet pun menertawakan niat Yorrys untuk memecatnya. “Memang bisa? Apa dasarnya untuk memecat saya? Kubu Ancol harus banyak-banyak istigfar. Enggak usah marah-marah, nanti bisa stroke,” ujar anggota Komisi III itu setengah mengejek. Saat Yorrys dan para loyalis Agung menggedor-gedor pintu menuju Sekretariat Fraksi Golkar, Bamsoet langsung menelepon Wakapolri Komjen Badrodin Haiti dan memintanya mengusir Yorrys cs dari Fraksi Golkar.
“Halo Pak Kapolri, kami terjebak di ruang fraksi lantai 12 DPR. Kami minta Pak Mapolri mensterilkan lantai 12 karena ini gedung negara,” kata Bamsoet yang memanggil Badrodin dengan sapaan “Kapolri” meski ia masih Wakapolri.
Kepada Badrodin, Bamsoet mengatakan Sekjen DPR berpendapat pimpinan Fraksi Golkar yang sah ialah Ketua Fraksi Golkar Ade Komarudin. Ia juga menyebut langkah kubu Agung memaksa masuk ke Sekretariat Fraksi amat memprihatinkan.
Pria di seberang sambungan telepon kemudian terdengar menanggapi permintaan bantuan Bamsoet. “Saya akan telepon Kapolda. Lantai berapa?” kata dia. “Dua belas,” jawab Bamsoet. “Oke.”
Percakapan itu dilakukan di hadapan 30 lebih wartawan yang terperangkap di ruang rapat Fraksi Golkar karena pintu keluar dikunci. Tingkah Bamsoet yang memamerkan perbincangan via telepon dengan Badrodin itu akhirnya diejek oleh Yorrys.
“Malu-maluin. Telepon (Badrodin) ditunjukkin ke teman-teman wartawan di sana. Dia juga telepon (Wakil Ketua DPR dari Gerindra) Fadli Zon dan lain-lain. Ngapain juga begitu,” kata Yorrys.
Toh, ujar Yorrys, dia hendak mengambil alih Sekretariat Fraksi dengan jalan damai. Bamsoet cs-lah yang menurut dia tak mau damai karena menghalang-halanginya masuk Fraksi dengan memalang pintu dan menaruh lemari di depan pintu. Drama perebutan Sekretariat Fraksi Golkar itu berakhir dengan keberhasilan kubu Agung memasuki ruang rapat Fraksi Golkar dan menggelar rapat perdana mereka di sana. Kedua kubu lantas dimediasi oleh Wakil Ketua DPR Fadli Zon.
Mediasi, walau berlangsung tegang, berakhir dengan cukup baik. Kedua kubu saling berjabat tangan, berpelukan, dan bercium pipi kanan-kiri, termasuk Agus Gumiwang Kartasasmita, Ade Komarudin, Bambang Soesatyo, Yorrys Raweyai.
Pada kesempatan itu, menurut Yorrys, Bamsoet berkata kepadanya, “Sori Bang, siap salah.” Yorrys pun mengingatkan Bamsoet untuk tidak sembarangan bicara. “Kamu mulutnya dijaga. Hati-hati,” ujar Yorrys menceritakan perbincangannya dengan Bamsoet kepada CNN Indonesia, Rabu (1/4).
Usai mediasi, Bamsoet mengatakan telah saling memaafkan dengan Yorrys dan rekan-rekannya di kubu Agung. “Kami hargai Agus Gumiwang, Yorrys Raweyai, dan kawan-kawan. Mereka juga menghormati posisi kami yang masih pimpinan fraksi,” kata dia.
Namun dalamnya hati orang siapa tahu. Bamsoet tiba-tiba memasang status bernada ancaman di BlackBerry Messenger-nya. “
Rawe-rawe rantas, malang-malang putung. Yang mengganggu akan lebur, yang menghalangi akan hancur. Tiji tibeh. Mati satu mati kabeh,” demikian status Bamsoet yang kini telah berganti.
Bila diartikan dalam bahasa Indonesia, “
Rawe-rawe rantas, malang-malang putung” itu kira-kira berbunyi “Segala sesuatu yang merintangi tujuan harus disingkirkan.”
Lantas apakah jabat tangan dan pelukan Bamsoet dan Yorrys tak ada artinya? “Lihat saja nanti siapa yang akan keluar dari Golkar. Saya atau Bamsoet,” ujar Yorrys.