Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri adalah ujung tombak negara dalam melawan terorisme. Tercatat sejumlah operasi penangkapan teroris termasuk yang terkait kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) terjadi di tahun ini.
Fenomena ISIS di Indonesia pada awalnya hanya dianggap wacana. "ISIS itu iya, memang wacana sudah ada. Tapi yang sebenarnya belum ada," kata Ansyaad Mbai pada pertengahan 2014.
Namun, tak lama setelahnya, mulai banyak terjadi pembaiatan masyarakat terhadap ISIS di berbagai daerah. Belum lagi, sejumlah warga Indonesia ditangkap di luar negeri lantaran diduga terlibat kelompok teror tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memasuki 2015, pada Maret, seorang tokoh agama dari Cianjur, Chep Hermawan, mengaku sebagai donatur ISIS. Kepada CNN Indonesia, dia mengaku pernah memberangkatkan orang ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.
Menurut pengakuan Chep, dia sempat menghabiskan duit hampir Rp 1 miliar untuk membiayai keberangkatan beberapa orang menuju Suriah. Chep mengatakan, kebanyakan dari warga Indonesia yang ia berangkatkan berasal dari Jawa.
Walau demikian, polisi tidak bisa begitu saja menangkap Chep berdasarkan pernyataannya. Alasannya, tidak ada instrumen hukum untuk menangkap orang yang menyatakan tergabung dengan kelompok tertentu. Terlebih, ISIS belum secara resmi dinyatakan organisasi terlarang.
"Tapi kami pasti selalu monitor ketika ada indikasi seperti itu," kata juru bicara Polri Brigadir Jenderal Agus Rianto kala itu.
Pada akhirnya, Chep ditangkap terkait kasus penipuan. Kepolisian Resor Cianjur menyatakan kasus tersebut terjadi pada 2010 lalu.
Masih pada bulan yang sama, kepolisian mengungkapkan empat warga berbahasa Uighur dan berpaspor Turki yang ditangkap di Poso pada 2014 terlibat dengan ISIS. Kepolisian menyebut mereka terlibat langsung dalam keberangkatan warga Indonesia yang hendak bergabung dengan ISIS.
Keempat orang asing tersebut ditangkap polisi 13 September 2014 di Poso. Mereka kabur saat ada razia. Saat itu mereka diduga terkait dengan kelompok teroris Santoso.
Santoso adalah salah satu teroris yang paling dicari oleh Kepolisian. Untuk memburu kelompok Santoso, Polri dan TNI menggelar Operasi Camar Maleo yang kini sudah memasuki jilid keempat. Operasi tersebut ditargetkan selesai pada tahun ini, namun Santoso belum juga tertangkap.
Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti menyebut Santoso juga telah berbaiat kepada ISIS. Karena itu, teroris yang bertanggungjawab atas sejumlah penyerangan terhadap Kepolisian itu diduga semakin berbahaya.
Tidak hanya berkembang di masyarakat, paham ISIS juga bahkan menjerat anggota kepolisian. Brigadir Syahputra pergi ke Malaysia untuk berperang bersama kelompok itu di timur tengah.
Pada November, Santoso mengunggah sebuah video, lengkap dengan bendera ISIS yang berisi ancaman terhadap Istana Negara dan Kepolisian Jakarta.
"Karena kami adalah tentara Daulah Islam yang sedang mengingatkan kalian. Yang kalian percaya atau tidak percaya, suka atau tidak suka, rela atau tidak rela, panji hitam ini akan berkibar dengan izin Allah di atas Istana Merdeka dan akan kami hancurkan Polda Metro Jaya," ujar suara dalam video yang diduga Santoso.
CNN Indonesia juga memperoleh informasi akan terjadi serangan pada Desember, jelang pergantian tahun. Badrodin membenarkan hal tersebut dan menetapkan siaga 1 untuk meningkatkan pengamanan.
"Ancaman itu sekarang ada, tiga bulan yang lalu juga ada. Mengapa baru ditanya sekarang? kata Badrodin.